Pemanis Buatan dan Kelebihan Berat Badan pada Anak: Tantangan dalam Mengubah Kebiasaan Konsumsi

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Permasalahan kelebihan berat badan pada anak-anak semakin menjadi perhatian serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. Penyebab utamanya adalah kombinasi antara pola makan yang kurang sehat dan menurunnya aktivitas fisik anak-anak, seiring dengan kemajuan teknologi dan gaya hidup modern. Salah satu faktor yang paling signifikan dalam peningkatan berat badan adalah konsumsi minuman ringan dengan kandungan gula yang tinggi. Dalam upaya menurunkan asupan kalori, pemanis buatan (artificial sweeteners/AS) mulai digunakan sebagai pengganti gula. Namun, efektivitas pemanis buatan dalam mengatasi masalah berat badan masih menjadi perdebatan.

Meskipun pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan sukralosa memiliki keunggulan karena rendah kalori, hal ini tidak serta-merta membuatnya efektif dalam menurunkan risiko kelebihan berat badan pada anak-anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pemanis buatan efektif dalam mengendalikan berat badan atau mencegah penyakit tidak menular, seperti obesitas atau diabetes. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penggunaan pemanis buatan dalam makanan dan minuman justru mungkin tidak memberikan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kelebihan berat badan pada anak-anak.

Studi ini juga menunjukkan bahwa banyak produk makanan rendah lemak dan tinggi protein yang disukai oleh penduduk muda kini mengandung kombinasi pemanis buatan. Produk-produk ini sering kali dipasarkan sebagai pilihan sehat, meskipun pada kenyataannya, efek jangka panjang dari konsumsi berlebihan pemanis buatan masih belum sepenuhnya dipahami.

Dalam studi yang melibatkan 323 orang tua dari anak-anak berusia 1-14 tahun, ditemukan bahwa 40% anak-anak berusia 3-14 tahun sering mengonsumsi minuman ringan. Minuman ini menjadi sumber utama asupan gula berlebih, yang banyak di antaranya telah digantikan sebagian oleh pemanis buatan. Sampel produk yang diambil berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa 54% dari minuman yang paling sering dikonsumsi oleh anak-anak mengandung satu atau lebih jenis pemanis buatan.

Satu temuan yang mengkhawatirkan dari survei ini adalah rendahnya kesadaran orang tua mengenai kandungan pemanis buatan dalam produk yang mereka beli. Sebanyak 51% responden menyatakan bahwa mereka tidak membaca label produk. Hal ini menunjukkan kurangnya edukasi dan informasi yang akurat bagi konsumen, terutama orang tua, mengenai potensi risiko yang terkait dengan konsumsi berlebihan pemanis buatan.

Edukasi konsumen adalah kunci dalam mengubah kebiasaan konsumsi dan memperbaiki pola makan anak-anak. Orang tua perlu lebih sadar akan kandungan nutrisi dalam produk yang mereka beli, termasuk keberadaan pemanis buatan. Penting juga bagi industri pangan untuk lebih transparan dalam menyajikan informasi nutrisi, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang lebih baik bagi kesehatan keluarga mereka.

Sebagai dosen Teknologi Pangan, saya menekankan pentingnya peran edukasi dalam perubahan kebiasaan makan, terutama pada anak-anak. Edukasi konsumen tidak hanya mencakup pemahaman tentang produk yang dibeli, tetapi juga dampak jangka panjang dari pilihan makanan. Dalam hal ini, mengurangi ketergantungan pada produk yang mengandung pemanis buatan dan gula berlebih merupakan langkah yang sangat penting dalam mencegah kelebihan berat badan dan masalah kesehatan lainnya pada anak-anak.

Konsumsi minuman ringan dan makanan yang mengandung pemanis buatan menjadi tantangan besar dalam mengatasi masalah obesitas pada anak-anak. Meskipun pemanis buatan rendah kalori, WHO menyarankan agar penggunaannya tidak dilihat sebagai solusi utama dalam pengendalian berat badan. Edukasi yang lebih luas diperlukan untuk menginformasikan orang tua dan masyarakat tentang potensi risiko serta pentingnya membaca label produk sebelum membeli. Mengubah preferensi dan kebiasaan makan anak-anak adalah proses jangka panjang yang membutuhkan partisipasi aktif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kandungan produk dan dampaknya, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi mendatang, bebas dari risiko kelebihan berat badan dan penyakit terkait.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *