Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Permintaan konsumen terhadap pemanis alternatif yang lebih sehat semakin meningkat seiring dengan kesadaran akan dampak kesehatan dari konsumsi gula rafinasi. Gula aren, sebagai gula tebu non-sentrifugal tradisional, menawarkan pilihan yang menarik untuk menggantikan gula rafinasi dalam produk pangan. Penelitian ini menyajikan gambaran komprehensif mengenai manfaat penggunaan gula aren dibandingkan gula rafinasi, dengan fokus pada analisis parameter fisikokimia, kandungan antioksidan, dan fenolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gula aren dalam pembuatan kembang gula memberikan sejumlah keunggulan dari segi kandungan mineral yang lebih kaya, seperti magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K), besi (Fe), dan tembaga (Cu). Nilai rata-rata kandungan mineral yang lebih tinggi ini menunjukkan bahwa gula aren memiliki potensi sebagai sumber mineral penting yang mendukung kesehatan, terutama bagi individu yang membutuhkan asupan mineral tambahan. Misalnya, kandungan kalium yang lebih tinggi pada gula aren dapat berkontribusi pada pengaturan tekanan darah, sementara magnesium dan kalsium memainkan peran penting dalam kesehatan tulang dan fungsi otot.
Selain itu, penelitian ini mengungkap bahwa produk kembang gula yang dibuat dengan gula aren menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi, yang diukur melalui nilai IC50. Aktivitas antioksidan ini berkaitan erat dengan kandungan fenolik total yang lebih tinggi dalam gula aren. Antioksidan dikenal untuk perannya dalam melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan dini serta risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Oleh karena itu, penggunaan gula aren tidak hanya menawarkan rasa manis alami yang enak, tetapi juga manfaat kesehatan yang lebih luas.
Dari sudut pandang teknologi pangan, penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai potensi gula aren sebagai bahan substitusi yang lebih sehat dalam produk kembang gula. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun gula aren memiliki keunggulan dari segi nutrisi dan komponen bioaktif, tantangan seperti konsistensi pasokan, kestabilan harga, dan penerimaan konsumen tetap menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan produk. Oleh karena itu, kolaborasi antara produsen, peneliti, dan pemangku kepentingan lain diperlukan untuk memaksimalkan potensi gula aren ini di pasar yang lebih luas.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mendukung penggunaan gula aren sebagai pemanis alami yang lebih unggul dari gula rafinasi dalam hal manfaat kesehatan, terutama bagi konsumen yang mencari alternatif yang lebih sehat. Dengan meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang lebih alami dan bermanfaat bagi kesehatan, gula aren dapat menjadi pilihan yang menjanjikan di masa depan.