Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Pemanis buatan telah menjadi bagian penting dari diet banyak orang di seluruh dunia, terutama bagi individu dengan kebutuhan diet khusus, seperti penderita diabetes atau mereka yang berusaha mengurangi asupan kalori. Meskipun pemanis buatan menawarkan solusi praktis untuk menggantikan gula, kekhawatiran mengenai potensi efek sampingnya terhadap kesehatan manusia terus menjadi topik diskusi yang signifikan. Studi terbaru ini berfokus pada evaluasi efek sitotoksik dan genotoksik dari pemanis yang banyak dijual di Brasil, menggunakan metode bioassay dengan tanaman Allium cepa (bawang merah) sebagai model biologis.
Penelitian ini menggunakan umbi bawang merah yang diekspos pada berbagai konsentrasi pemanis. Untuk menentukan apakah pemanis ini memiliki efek merugikan pada sel, para peneliti mengevaluasi indeks mitosis (MI) dan indeks aberasi kromosom (CAI) dari sel akar bawang merah yang telah diwarnai dengan karmin asetat dan diamati di bawah mikroskop optik. Kontrol negatif yang menggunakan air suling memastikan bahwa tidak ada faktor eksternal yang memengaruhi hasil, sementara kontrol positif dengan glifosat, yang diketahui sebagai zat beracun, memberikan titik referensi untuk membandingkan potensi toksisitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks mitosis dan indeks aberasi kromosom dari tiga pemanis yang diuji tidak berbeda secara signifikan dari kontrol negatif. Artinya, pemanis-pemanis tersebut tidak menunjukkan sifat sitotoksik atau genotoksik, yang berarti mereka tidak berbahaya bagi sel pada tingkat yang diuji. Temuan ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang mengandalkan pemanis buatan sebagai bagian dari diet mereka, karena tidak ada bukti yang menunjukkan risiko toksisitas atau mutagenisitas yang signifikan pada level paparan yang sesuai dengan konsumsi manusia.
Meskipun hasil ini memberikan kepastian tertentu mengenai keamanan pemanis yang diuji, penting untuk menekankan bahwa konsumsi pemanis buatan tetap harus diimbangi dengan kehati-hatian. Setiap bahan kimia yang digunakan dalam makanan, termasuk pemanis buatan, memiliki potensi efek yang bergantung pada dosis, frekuensi konsumsi, dan sensitivitas individu. Oleh karena itu, sangat penting bagi konsumen untuk mengikuti panduan konsumsi yang direkomendasikan dan tidak melebihi batas aman yang telah ditetapkan oleh otoritas kesehatan.
Dari sudut pandang teknologi pangan, studi ini memberikan bukti ilmiah yang mendukung keamanan penggunaan pemanis buatan tertentu, namun juga menggarisbawahi pentingnya penelitian berkelanjutan untuk memantau efek jangka panjangnya. Sebagai industri yang berkembang dengan pesat, penggunaan pemanis buatan harus selalu didukung dengan penelitian yang komprehensif dan transparan untuk memastikan bahwa produk yang dijual di pasaran benar-benar aman untuk konsumsi jangka panjang. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa model biologis seperti Allium cepa dapat menjadi alat yang efektif dan sederhana dalam menilai toksisitas bahan kimia dalam pangan.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memberikan keyakinan lebih bagi konsumen mengenai keamanan pemanis buatan yang sering digunakan. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, dan setiap konsumsi pemanis, baik alami maupun buatan, harus selalu dilakukan dalam konteks diet yang seimbang dan sehat.