Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Biomassa merupakan salah satu sumber daya terbarukan dengan potensi terbesar, bukan hanya karena kemampuannya untuk menghasilkan energi, tetapi juga karena kandungan komponen bernilai di dalamnya. Di wilayah Galicia dan Portugal, luasnya lahan yang digunakan untuk kehutanan, pertanian, dan peternakan menghasilkan limbah dalam jumlah besar, yang kerap menjadi beban bagi para produsen. Tantangan ini telah memicu minat masyarakat untuk memperbaiki situasi saat ini dengan mencari keuntungan baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, integrasi proses bioteknologi dan biorefinery dianggap sebagai kunci untuk menghasilkan produk bioteknologi dan bioenergi secara efisien.
Penelitian ini mengusulkan proses produksi resveratrol, senyawa dengan sifat antioksidan tinggi, menggunakan whey dari industri susu dan limbah eukaliptus dari eksploitasi kehutanan. Proses ini menggabungkan pemanfaatan limbah pertanian dan kehutanan yang biasanya terbuang untuk menghasilkan produk bernilai tambah. Dengan melakukan analisis teknis-ekonomi dan penilaian lingkungan menggunakan metodologi Life Cycle Assessment (LCA), studi ini mengevaluasi kelayakan proses yang diusulkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario ini memiliki potensi besar, baik dari sudut pandang ekonomi maupun lingkungan. Dari sisi ekonomi, biaya produksi resveratrol dapat ditekan hingga di bawah harga pasar rata-rata, menunjukkan bahwa proses ini berpotensi menghasilkan keuntungan yang kompetitif. Dari sisi lingkungan, penggunaan limbah eukaliptus memberikan kontribusi dampak lingkungan yang lebih rendah per unit resveratrol yang diproduksi dibandingkan dengan sumber bahan baku lainnya.
Namun, beberapa tantangan kritis teridentifikasi, terutama terkait dengan throughput produksi dan kebutuhan energi yang tinggi sepanjang proses. Untuk meningkatkan profitabilitas, penelitian di masa depan harus fokus pada peningkatan skala produksi agar proses menjadi lebih efisien. Selain itu, pengurangan kebutuhan energi melalui optimasi proses atau penggunaan teknologi yang lebih hemat energi perlu menjadi prioritas. Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber daya energi dalam proses produksi juga merupakan langkah penting menuju keberlanjutan yang lebih besar.
Penilaian sensitivitas dalam penelitian ini menegaskan bahwa pilihan energi terbarukan adalah opsi paling berkelanjutan. Dengan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil, proses produksi resveratrol tidak hanya akan mengurangi jejak karbon, tetapi juga menjadi lebih ramah lingkungan. Ini penting, mengingat bahwa salah satu tujuan utama dari pendekatan biorefinery adalah mengurangi dampak lingkungan sambil tetap menghasilkan produk bernilai tinggi.
Integrasi limbah whey dan eukaliptus sebagai bahan baku tidak hanya memanfaatkan sumber daya yang melimpah di wilayah Galicia dan Portugal, tetapi juga membantu mengatasi masalah limbah industri yang selama ini menjadi tantangan. Dengan cara ini, proses produksi resveratrol yang diusulkan dapat memberikan solusi holistik untuk limbah organik, sekaligus menciptakan produk yang memiliki permintaan tinggi di industri farmasi dan kesehatan.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana proses biorefinery dapat diterapkan untuk menghasilkan produk bernilai tinggi dari limbah yang biasanya tidak dimanfaatkan. Dengan pendekatan yang tepat, integrasi teknologi bioteknologi dan energi terbarukan dapat mendorong keberlanjutan ekonomi dan lingkungan secara bersamaan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan proses dan memastikan bahwa solusi ini dapat diadopsi dalam skala industri, memberikan manfaat jangka panjang bagi industri dan lingkungan.