Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Perubahan iklim semakin menjadi perhatian global, terutama dalam kaitannya dengan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memicu pemanasan global. Pertanian, sebagai sektor utama dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia, memiliki peran signifikan dalam emisi GRK, terutama dari proses fermentasi usus pada ternak dan penggunaan pupuk. Narasi ini mengupas efisiensi emisi GRK dalam sektor pertanian, terutama di Polandia, dan relevansinya dalam menjaga keberlanjutan lingkungan sekaligus memastikan produktivitas pertanian tetap terjaga.
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sektor pertanian menyumbang emisi GRK yang signifikan di Polandia, terdapat penurunan sebesar 23,5% selama periode yang diteliti. Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah berkurangnya emisi dari fermentasi usus pada ternak, yang merupakan salah satu sumber utama emisi metana dalam sektor pertanian. Hal ini menunjukkan adanya langkah-langkah yang efektif dalam mengelola emisi dari sektor ini, yang pada akhirnya berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.
Namun, meski efisiensi emisi dalam sektor pertanian telah meningkat lebih dari dua kali lipat, studi ini menemukan bahwa efisiensi tersebut menurun ketika dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam ekonomi nasional Polandia. Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam pengurangan emisi, sektor pertanian masih perlu melakukan lebih banyak upaya untuk mencapai tingkat efisiensi yang sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang berlaku di sektor lainnya.
Salah satu tantangan utama dalam mengelola emisi GRK dalam pertanian adalah bagaimana memastikan produktivitas pertanian tetap tinggi tanpa menambah beban lingkungan. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan antara kedua aspek ini. Mengingat pentingnya pertanian dalam menjaga ketahanan pangan, strategi pengurangan emisi tidak boleh mengorbankan hasil produksi, terutama di negara-negara yang bergantung pada sektor ini sebagai penggerak ekonomi.
Beberapa langkah yang diusulkan untuk mengurangi emisi pertanian meliputi pengurangan limbah makanan, penggunaan pupuk secara berkelanjutan, peningkatan efisiensi energi, dan pemanfaatan energi terbarukan yang lebih besar. Langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi biaya, dan mendukung kesejahteraan lingkungan dalam jangka panjang.
Pengurangan limbah makanan, misalnya, dapat berdampak signifikan dalam menekan emisi karena limbah makanan yang membusuk menghasilkan metana, salah satu gas rumah kaca yang paling berbahaya. Dengan mengurangi limbah pangan, sektor pertanian tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya yang ada, seperti tanah, air, dan energi yang digunakan dalam produksi pangan.
Sementara itu, pemanfaatan energi terbarukan di sektor pertanian dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi jejak karbon. Pertanian memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya terbarukan, seperti biomassa dan energi surya, yang dapat mendukung efisiensi energi sekaligus mengurangi emisi GRK.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana sektor pertanian dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus menjaga produktivitas. Meskipun ada tantangan, seperti perlunya peningkatan efisiensi yang lebih besar dibandingkan sektor lainnya, langkah-langkah yang diusulkan dapat menjadi solusi untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan lingkungan dan produktivitas ekonomi. Sektor pertanian perlu terus berinovasi dan menerapkan strategi manajemen sumber daya yang cerdas untuk memastikan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan iklim global.