Review Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap)
Lebah madu (Apis mellifera) memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem, terutama dalam proses penyerbukan tanaman, termasuk tanaman pangan. Namun, penggunaan produk perlindungan tanaman seperti pestisida telah menimbulkan kekhawatiran akan dampak toksisitasnya terhadap lebah madu. Uji toksisitas kronis, baik pada lebah dewasa maupun larva, merupakan metode yang diperlukan untuk menilai keamanan produk-produk tersebut. Dalam konteks ini, aditif makanan sering digunakan untuk melarutkan atau menstabilkan bahan aktif dalam produk perlindungan tanaman. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi aditif yang aman bagi lebah madu selama uji toksisitas.
Penelitian yang dibahas ini mengevaluasi enam aditif makanan yang meliputi lima pelarut (etanol, isopropanol, n-propanol, propilen glikol, dan trietilen glikol) serta agen viskosifikasi (gom xanthan). Aseton, sebagai pelarut standar, memiliki keterbatasan dalam menjaga stabilitas senyawa tertentu dan dapat menimbulkan efek toksik pada lebah. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk mencari alternatif pelarut yang lebih aman dan efektif dalam menjaga stabilitas larutan uji tanpa meningkatkan toksisitas pada lebah.
Dalam uji toksisitas pada lebah dewasa selama 10 hari, etanol dan isopropanol ditemukan sebagai pilihan yang relatif aman pada konsentrasi hingga 5,0%, sementara gom xanthan dapat digunakan pada konsentrasi ≤ 0,1%. Menariknya, propilen glikol, trietilen glikol, dan n-propanol menunjukkan variabilitas yang lebih tinggi dalam hasil, dan pada konsentrasi di atas 0,25–0,5%, mereka mulai meningkatkan tingkat kematian lebah. Hal ini menunjukkan bahwa batas konsentrasi untuk pelarut ini harus sangat diperhatikan untuk memastikan hasil uji yang valid dan aman.
Untuk uji toksisitas pada larva lebah selama 22 hari, tingkat sensitivitas lebih tinggi dibandingkan dengan lebah dewasa. Hasil menunjukkan bahwa etanol dan n-propanol tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam diet larva, sementara isopropanol, propilen glikol, dan trietilen glikol dapat menyebabkan kematian pada konsentrasi lebih dari 0,25–0,5%. Gom xanthan, meskipun menunjukkan variasi yang lebih besar dalam stabilitas, tetap aman pada konsentrasi ≤ 0,05%. Data ini menggarisbawahi bahwa larva lebah jauh lebih sensitif terhadap pelarut, dan oleh karena itu, formulasi untuk uji larva memerlukan perhatian ekstra dalam memilih aditif.
Penelitian ini memberikan wawasan penting bagi industri pangan dan pertanian dalam mengembangkan formulasi yang lebih aman untuk digunakan dalam uji toksisitas lebah madu. Sebagai seorang Dosen Teknologi Pangan, saya melihat bahwa penelitian ini menawarkan kontribusi signifikan tidak hanya bagi keamanan lingkungan, tetapi juga bagi praktik agrikultur yang lebih berkelanjutan. Pemilihan pelarut yang tepat dalam uji toksisitas lebah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat diandalkan tanpa menambah risiko pada populasi lebah madu.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa etanol dan isopropanol pada konsentrasi rendah adalah alternatif yang lebih aman untuk pelarut konvensional seperti aseton, sementara gom xanthan tetap menjadi agen viskosifikasi yang andal. Namun, pelarut lain seperti n-propanol, propilen glikol, dan trietilen glikol memerlukan perhatian khusus dalam penggunaannya, terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hasil ini juga menekankan pentingnya pemilihan aditif yang sesuai tidak hanya berdasarkan kinerjanya dalam menjaga stabilitas senyawa, tetapi juga dampaknya terhadap kesehatan lebah, baik dewasa maupun larva.
Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam pengembangan produk pangan dan perlindungan tanaman yang aman dan berkelanjutan. Lebah madu, sebagai salah satu serangga penyerbuk utama, harus dilindungi dengan baik melalui pemilihan aditif yang bijak dan tepat dalam uji laboratorium maupun aplikasi di lapangan.