Inovasi Proses Produksi Metanol dari Gas Tanur Tiup dan Gas TPA: Solusi Efisien dan Ramah Lingkungan

Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Proses produksi metanol dari gas tanur tiup (blast furnace gas, BFG) dan gas tempat pembuangan akhir (landfill gas, LFG) yang dipresentasikan dalam penelitian ini memberikan pendekatan baru yang sangat menarik, terutama dalam konteks energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon. Sebagai seorang Dosen Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat proses ini sebagai langkah maju yang penting dalam pengembangan industri kimia dan energi yang berkelanjutan.

Sistem yang diusulkan mencakup berbagai komponen seperti pembangkit listrik berbahan bakar LFG, penyerapan karbon dioksida (CO2) menggunakan larutan monoethanolamine 30%, sintesis metanol, pemisahan metanol, serta pembangkit listrik dan uap. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan metanol dari sumber energi yang tidak konvensional, tetapi juga memanfaatkan CO2 dari gas buang secara efektif, yang berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi jejak karbon.

Dari analisis termodinamik yang dilakukan, efisiensi energi total dari proses ini tercatat sebesar 59%, sementara efisiensi eksergi mencapai 63,2%. Angka ini menunjukkan bahwa proses ini mampu memanfaatkan energi secara optimal dan meminimalkan kerugian energi yang tak terpakai. Dari perspektif eksergi, efisiensi yang lebih tinggi ini penting karena menunjukkan bahwa sistem ini berhasil mengurangi ketidaksempurnaan dalam proses energi dan termodinamika.

Selain itu, penelitian ini juga melaporkan efisiensi karbon sebesar 42%, yang berarti bahwa hampir setengah dari karbon yang dihasilkan oleh proses ini berhasil dimanfaatkan dalam produksi metanol. Angka ini cukup menjanjikan mengingat pentingnya mengurangi emisi karbon dioksida untuk mencapai target iklim global. Meskipun demikian, masih ada tantangan untuk meningkatkan efisiensi karbon, tetapi pendekatan ini sudah menunjukkan potensi yang besar.

Dari segi analisis lingkungan, emisi karbon dioksida dari proses ini tercatat sebesar 2614,85 kg/jam. Namun, dengan produksi metanol mencapai 18.200 kg/jam, intensitas emisi CO2 per kilogram metanol hanya sebesar 0,144 kg CO2/kg MeOH. Hal ini menunjukkan bahwa proses ini relatif lebih bersih dibandingkan metode produksi metanol konvensional. Dalam konteks mitigasi perubahan iklim, proses ini dapat menjadi solusi alternatif yang menarik untuk mengurangi dampak emisi karbon dari industri kimia.

Analisis ekonomi dari proses ini juga menunjukkan hasil yang sangat menguntungkan. Dengan biaya modal sebesar $100.315.128,9, proses ini memiliki periode pengembalian modal yang singkat, yaitu 1,94 tahun. Profit tahunan dari produksi metanol diperkirakan mencapai $4.798.088,309, dengan harga jual minimum metanol sebesar $0,388/kg. Ini menunjukkan bahwa selain ramah lingkungan, proses ini juga layak secara ekonomi dan memiliki potensi untuk diadopsi secara luas dalam industri energi dan kimia.

Keunggulan lain dari proses ini adalah pemanfaatan LFG, yang sering kali dianggap sebagai limbah, menjadi sumber energi yang bernilai tinggi. LFG yang dihasilkan di tempat pembuangan sampah mengandung metana, yang jika tidak dimanfaatkan akan menjadi gas rumah kaca yang berbahaya. Proses ini memberikan solusi yang cerdas dengan mengubah limbah tersebut menjadi produk yang bernilai tinggi seperti metanol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri.

Secara keseluruhan, penelitian ini menawarkan solusi yang sangat menjanjikan untuk produksi metanol yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan ekonomis. Proses yang diusulkan tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan nilai dari gas limbah seperti LFG dan BFG. Sebagai langkah menuju industri energi terbarukan dan rendah karbon, inovasi ini memiliki potensi besar untuk diimplementasikan pada skala industri global. Ini sejalan dengan visi transisi energi global menuju ekonomi rendah karbon dan berkelanjutan.

Inovasi dalam pemanfaatan gas buang dan limbah ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna dapat diubah menjadi solusi energi yang efisien dan menguntungkan, memberikan kontribusi signifikan dalam upaya global mengatasi tantangan perubahan iklim.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *