Food Bank: Solusi Efektif Atasi Sampah Makanan dan Ketahanan Pangan di Indonesia

Review Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)

1. Permasalahan: Sampah Makanan dan Dampaknya

Produksi sampah makanan di Indonesia yang mencapai 19-29 ton per tahun merupakan isu yang sangat mengkhawatirkan. Jumlah tersebut tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya pangan yang signifikan tetapi juga menunjukkan ketidakefisienan dalam rantai pasokan makanan dan distribusi. Food waste (pemborosan makanan) ini memiliki implikasi yang luas, mulai dari dampak lingkungan hingga sosial ekonomi, terutama terkait dengan kerawanan pangan yang masih menjadi masalah serius di banyak daerah di Indonesia.

Pemborosan makanan berkontribusi langsung pada peningkatan emisi gas rumah kaca, terutama metana, yang dihasilkan dari pembusukan makanan di tempat pembuangan akhir. Selain itu, makanan yang terbuang mewakili energi, air, dan sumber daya lain yang terbuang percuma, yang semuanya memiliki jejak karbon yang signifikan. Dari perspektif keberlanjutan, mengurangi sampah makanan tidak hanya akan membantu mengurangi tekanan lingkungan tetapi juga dapat memperbaiki efisiensi energi dalam sistem pangan secara keseluruhan.

2. Inisiatif Food Bank: Solusi Multifaset untuk Masalah Pangan

Pembentukan food bank atau bank makanan, sebagaimana disarankan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkowapi), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah pemborosan makanan dan kerawanan pangan di Indonesia. Food bank berfungsi sebagai platform untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan surplus makanan dari berbagai sumber seperti supermarket, restoran, dan donatur individu, untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Implementasi food bank dapat menjadi solusi yang komprehensif untuk mengatasi food waste dan memperkuat ketahanan pangan. Dengan adanya jaringan yang kuat dan struktur koperasi yang terorganisir, inisiatif ini tidak hanya dapat mengurangi pemborosan pangan tetapi juga dapat meningkatkan stabilitas harga pangan dengan menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Ini sangat relevan dalam konteks Indonesia, di mana fluktuasi harga pangan sering kali mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama mereka yang berada dalam kategori rentan.

3. Peran Koperasi dalam Pengelolaan Food Bank

Koperasi memiliki peran sentral dalam inisiatif food bank. Sebagai organisasi yang berorientasi pada kepentingan anggota dan masyarakat, koperasi dapat mengoptimalkan distribusi surplus pangan secara efisien dan adil. Koperasi juga memiliki kapasitas untuk memberdayakan anggota komunitas melalui partisipasi aktif dalam pengelolaan food bank, yang pada akhirnya dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan memperkuat solidaritas sosial.

Keterlibatan koperasi dalam food bank juga dapat membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama tujuan nomor 2 (mengakhiri kelaparan), 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), dan 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan). Dengan mengumpulkan kelebihan makanan dan mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan, koperasi dapat berkontribusi signifikan dalam mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi.

4. Pembelajaran dari Praktik Internasional: Studi Kasus Jepang

Dalam upaya mengimplementasikan food bank, Indonesia dapat belajar dari negara lain yang telah berhasil dalam mengatasi masalah serupa. Jepang, melalui Food Bank Kanagawa, adalah salah satu contoh sukses di mana kebijakan dan kelembagaan yang kuat mendukung pengelolaan makanan surplus secara efektif. Jepang telah menunjukkan bahwa dengan kerangka kebijakan yang tepat dan partisipasi masyarakat yang aktif, food bank dapat menjadi alat yang efektif untuk mengurangi pemborosan pangan dan mengatasi kemiskinan.

Pembelajaran dari Jepang dapat diterapkan di Indonesia, terutama dalam hal pengembangan infrastruktur kebijakan, pelibatan sektor swasta, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan food bank. Hal ini dapat membantu Indonesia membangun sistem food bank yang berkelanjutan dan berdampak luas.

5. Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Food Bank di Indonesia

Meskipun inisiatif food bank menawarkan banyak manfaat, implementasinya di Indonesia juga akan menghadapi tantangan, seperti logistik pengumpulan dan distribusi makanan, koordinasi antara berbagai pemangku kepentingan, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengurangi food waste. Selain itu, perlu ada kerangka regulasi yang jelas dan dukungan pemerintah yang kuat untuk memastikan bahwa food bank dapat beroperasi dengan efektif dan berkelanjutan.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk menciptakan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan surplus makanan secara efektif, Indonesia dapat mengurangi ketimpangan sosial, meningkatkan ketahanan pangan, dan mengurangi dampak lingkungan dari pemborosan makanan.

Kesimpulan

Pembentukan food bank di Indonesia adalah langkah yang sangat tepat dan strategis dalam menghadapi tantangan food waste dan kerawanan pangan. Dengan dukungan koperasi, pemerintah, dan sektor swasta, inisiatif ini memiliki potensi untuk mengatasi masalah pemborosan pangan secara efektif sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Selain itu, implementasi food bank juga akan membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menciptakan dampak sosial-ekonomi yang positif bagi seluruh lapisan masyarakat. Dukungan kebijakan, regulasi, dan partisipasi aktif dari semua pihak sangat penting untuk memastikan keberhasilan inisiatif ini.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *