Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
1. Penyesuaian Harga BBM Non Subsidi
Penyesuaian harga BBM Non Subsidi oleh PT Pertamina Patra Niaga pada awal Agustus 2024 mencerminkan dinamika harga energi global, yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Kenaikan harga BBM jenis Pertamax Green 95, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex mencerminkan kebutuhan untuk menyesuaikan harga domestik dengan biaya impor yang meningkat. Pertamax, yang tetap pada harga Rp 12.950 per liter, menandakan upaya Pertamina untuk menjaga stabilitas harga bagi konsumen yang mengandalkan BBM ini.
2. Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar
Fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar memiliki dampak signifikan terhadap harga BBM di Indonesia, terutama untuk produk non-subsidi yang sangat bergantung pada harga pasar internasional. International Crude Price (ICP) yang mengalami tren kenaikan sejak akhir trimester pertama 2024 menjadi salah satu faktor utama penyesuaian ini. Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS meningkatkan biaya impor minyak mentah, yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga BBM yang lebih tinggi.
Penyesuaian ini, meskipun dilakukan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat, tetap menjadi beban tambahan bagi pengguna BBM Non Subsidi. Namun, dengan harga minyak dunia yang terus berubah-ubah, penyesuaian harga ini dipandang sebagai langkah yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan pasokan dan operasi Pertamina.
3. Kebijakan dan Regulasi Terkait Penetapan Harga BBM
Penetapan harga BBM Non Subsidi oleh Pertamina Patra Niaga mengikuti regulasi yang diatur dalam Kepmen ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang menggantikan Kepmen No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). Regulasi ini memberikan kerangka kerja bagi badan usaha untuk menyesuaikan harga BBM Non Subsidi sesuai dengan perubahan harga minyak mentah global dan nilai tukar, serta mempertimbangkan elemen-elemen seperti pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB).
Regulasi ini dirancang untuk memastikan bahwa harga BBM tetap kompetitif di pasar, sambil mencerminkan biaya sebenarnya yang terkait dengan pengadaan dan distribusi BBM. Dengan demikian, meskipun harga BBM Non Subsidi naik, Pertamina berusaha memastikan bahwa harga ini masih dalam kisaran yang wajar dibandingkan dengan produk sejenis di pasar internasional.
4. Dampak Ekonomi dan Sosial dari Kenaikan Harga BBM Non Subsidi
Kenaikan harga BBM Non Subsidi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian dan masyarakat. Peningkatan biaya transportasi yang diakibatkan oleh harga BBM yang lebih tinggi dapat memicu inflasi, yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli masyarakat. Sektor-sektor yang sangat bergantung pada transportasi, seperti logistik dan distribusi, mungkin akan mengalami kenaikan biaya operasional yang kemudian diteruskan kepada konsumen.
Namun, penting untuk dicatat bahwa BBM Non Subsidi umumnya dikonsumsi oleh segmen pasar menengah ke atas, yang memiliki daya beli yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna BBM bersubsidi. Oleh karena itu, dampak langsung terhadap masyarakat berpenghasilan rendah dapat diminimalisir, meskipun dampak tidak langsung melalui peningkatan harga barang dan jasa mungkin tetap dirasakan.
5. Strategi Pertamina dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Energi
Dalam menghadapi fluktuasi harga energi global, Pertamina harus menerapkan strategi yang fleksibel dan adaptif. Penyesuaian harga yang dilakukan secara berkala adalah bagian dari strategi ini, yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan operasional dan keuangan perusahaan. Selain itu, Pertamina juga perlu mempertimbangkan diversifikasi portofolio energi dengan mengembangkan produk-produk yang lebih ramah lingkungan, seperti Pertamax Green 95, untuk mengantisipasi perubahan tren konsumsi energi yang lebih berkelanjutan.
Pengembangan produk-produk energi terbarukan dan BBM dengan kandungan biofuel yang lebih tinggi dapat menjadi strategi jangka panjang Pertamina dalam mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah dan mengurangi dampak volatilitas harga minyak dunia. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan energi hijau.
Kesimpulan
Penyesuaian harga BBM Non Subsidi oleh Pertamina Patra Niaga adalah respons yang logis terhadap kondisi pasar energi global yang dinamis. Meskipun penyesuaian ini dapat menambah beban bagi konsumen, langkah ini penting untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan dan memastikan pasokan BBM tetap terjamin. Ke depan, Pertamina perlu terus mengembangkan strategi yang holistik untuk menghadapi tantangan energi, termasuk mengakselerasi transisi menuju energi terbarukan dan memperkuat kebijakan harga yang adil dan berkelanjutan.