Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Visi dan misi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang akan segera memimpin Indonesia memiliki fokus besar pada kemandirian pangan sebagai salah satu pilar utama dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Dari perspektif energi terbarukan, visi ini sangat relevan, terutama dalam konteks memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia untuk mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.
1. Potensi Sinergi Energi Terbarukan dan Kemandirian Pangan
Pemanfaatan energi terbarukan dapat memberikan kontribusi besar dalam mencapai kemandirian pangan. Misalnya, penggunaan bioenergi yang dihasilkan dari limbah pertanian atau peternakan dapat mendukung operasional pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam sektor pertanian, seperti tenaga surya untuk irigasi atau biogas untuk penggerak mesin-mesin pertanian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang tidak hanya mahal tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan.
Selain itu, teknologi pengolahan pangan berbasis energi terbarukan juga dapat membantu mengurangi kehilangan pangan (food loss) dan memastikan produk pertanian yang dipanen dapat diolah dengan efisien menjadi produk yang siap dikonsumsi atau dipasarkan. Ini sejalan dengan filosofi yang disampaikan dalam narasi untuk memanfaatkan sumber daya lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
2. Tantangan dan Solusi dalam Integrasi Energi Terbarukan
Meski potensi energi terbarukan sangat besar, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mengintegrasikan teknologi ini dalam skala besar dan berkelanjutan di sektor pertanian. Salah satu solusinya adalah dengan mendorong investasi dalam infrastruktur energi terbarukan di daerah pedesaan, di mana sebagian besar kegiatan pertanian berlangsung. Penggunaan mikrogrid berbasis energi terbarukan, misalnya, dapat menyediakan listrik yang stabil untuk keperluan irigasi, pengolahan, dan penyimpanan hasil pertanian, yang akan berdampak langsung pada peningkatan produktivitas dan pengurangan ketergantungan pada jaringan listrik konvensional.
Pemerintah juga perlu menciptakan kebijakan yang mendorong adopsi teknologi energi terbarukan oleh petani, termasuk subsidi untuk instalasi panel surya atau biogas, serta pelatihan dan dukungan teknis untuk mengoperasikan teknologi ini. Dengan demikian, petani dapat lebih mandiri dalam mengelola energi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pertanian mereka.
3. Urgensi Pendekatan Berbasis Masyarakat
Untuk mencapai visi kemandirian pangan yang diusung pemerintahan baru, pendekatan berbasis komunitas menjadi sangat penting. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan energi terbarukan tidak hanya akan meningkatkan keterampilan dan kapasitas lokal tetapi juga memastikan bahwa solusi yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Masyarakat/komunitas yang terlibat langsung dalam pengelolaan energi terbarukan juga akan lebih memiliki rasa kepemilikan terhadap proyek-proyek yang dijalankan, yang pada akhirnya meningkatkan keberlanjutan jangka panjang.
4. Rule Model Global dalam Pangan dan Energi
Jika Indonesia berhasil memadukan visi kemandirian pangan dengan pemanfaatan energi terbarukan secara efektif, negara ini tidak hanya akan menjadi lebih mandiri dalam hal pangan tetapi juga bisa menjadi rule model global dalam mengintegrasikan energi terbarukan dalam sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan tujuan Indonesia untuk berkontribusi pada pengurangan emisi global dan mencapai target pembangunan berkelanjutan (SDGs).
KESIMPULAN
Visi kemandirian pangan yang diusung oleh pemerintahan Prabowo-Gibran adalah langkah yang sangat positif dan relevan untuk masa depan Indonesia. Dari perspektif energi terbarukan, ada potensi besar untuk mendukung visi ini melalui integrasi teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam sektor pertanian. Tantangan yang ada dapat diatasi dengan kebijakan yang tepat, investasi dalam infrastruktur, dan pendekatan yang berpusat pada komunitas. Dengan demikian, Indonesia bisa bergerak menuju masa depan yang tidak hanya mandiri dalam pangan tetapi juga berkelanjutan dalam pemanfaatan energinya.