Mengoptimalkan Keberlanjutan UKM Tapioka: Integrasi Life Cycle Thinking dan Cost-Benefit Analysis untuk Masa Depan Energi yang Lebih Hijau

Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Studi mengenai integrasi Life Cycle Thinking (LCT) dan Cost-Benefit Analysis (CBA) terhadap UKM industri tapioka menawarkan pendekatan holistik yang relevan untuk menilai dan mengembangkan ekonomi sirkular (CE). Mengingat bahwa sektor UKM sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengadopsi praktik keberlanjutan, pendekatan ini dapat menjadi alat yang sangat penting untuk mendorong transformasi yang lebih hijau dan berkelanjutan.

1. Relevansi Pendekatan Life Cycle Thinking (LCT):

Menggunakan LCT memungkinkan penilaian lingkungan dari sudut pandang siklus hidup produk, mulai dari bahan baku hingga limbah. Dalam konteks UKM industri tapioka, yang seringkali menggunakan sumber daya alam dalam jumlah besar dan menghasilkan limbah organik (biowaste) yang signifikan, pendekatan LCT dapat membantu mengidentifikasi titik-titik kritis di mana intervensi dapat dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bagaimana pengelolaan limbah biowaste dapat dioptimalkan untuk mengurangi emisi karbon dan jejak energi, sejalan dengan tujuan CE.

2. Integrasi dengan Analisis Biaya-Manfaat (CBA):

Mengintegrasikan LCT dengan CBA menambah dimensi penting dalam pengambilan keputusan, yaitu pengukuran dampak ekonomi dari berbagai pilihan yang ada. Penelitian ini menyoroti bagaimana keuntungan finansial yang dihasilkan dari pendekatan sirkular dalam industri tapioka dapat lebih besar dibandingkan dengan model produksi linear tradisional. Namun, salah satu tantangan utama dalam pendekatan ini adalah monetisasi dampak lingkungan, yang sering kali tidak langsung terlihat dalam neraca keuangan. Studi ini memberikan bukti bahwa dengan kebijakan yang tepat, seperti pemberian insentif untuk praktik berkelanjutan, UKM dapat lebih mudah mengadopsi perubahan yang diperlukan.

3. Dampak Kebijakan dan Dukungan Pemerintah:

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya intervensi pemerintah dalam mendorong adopsi ekonomi sirkular pada skala UKM. Dengan adanya dukungan kebijakan yang mengarahkan UKM untuk beralih ke praktik berkelanjutan, seperti pengurangan emisi karbon dan efisiensi energi, pemerintah dapat memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa transisi ke CE tidak hanya terjadi pada perusahaan besar tetapi juga di sektor UKM, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

4. Tantangan Implementasi:

Meskipun pendekatan ini menawarkan potensi besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan pengetahuan dan sumber daya di antara pelaku UKM untuk mengimplementasikan perubahan ini. Selain itu, kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi profitabilitas jangka panjang juga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pelatihan dan pendidikan berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari strategi implementasi.

KESIMPULAN

Studi ini memberikan kontribusi penting dalam literatur mengenai ekonomi sirkular dengan menawarkan kerangka kerja yang mengintegrasikan LCT dan CBA. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang bagaimana UKM dapat beralih ke model bisnis yang lebih berkelanjutan, tetapi juga menunjukkan potensi keuntungan finansial dan lingkungan yang dapat dihasilkan. Untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, dukungan kebijakan yang kuat dan edukasi yang komprehensif bagi UKM adalah kunci sukses dalam implementasi praktik CE di Indonesia.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *