Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Kajian ini menawarkan solusi inovatif dan berkelanjutan yang sangat relevan dalam konteks ketahanan pangan dan energi. Model bisnis penerapan sistem pembangkitan gabungan panas dan listrik (CHP) yang dihasilkan oleh Entrenco, memanfaatkan limbah jagung sebagai bahan bakar, memberikan pendekatan yang holistik terhadap tantangan yang kita hadapi saat ini.
POTENSI MANFAATPenerapan sistem Combined Heat and Power (CHP) di perkebunan jagung menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan, dimulai dengan peningkatan efisiensi energi. Sistem CHP ini mampu menghasilkan listrik sebesar 50 KW dan termal 120 KW dengan suhu 90ºC, yang merupakan kombinasi ideal untuk meminimalkan kehilangan energi. Dengan menggabungkan produksi listrik dan panas dalam satu sistem, kita dapat mengoptimalkan penggunaan bahan bakar dan memastikan bahwa energi yang dihasilkan dimanfaatkan secara maksimal. Ini berbanding terbalik dengan sistem pembangkitan terpisah yang cenderung lebih boros dan kurang efisien. Selain itu, penggunaan tongkol dan batang jagung sebagai bahan bakar memanfaatkan sumber daya yang sering kali diabaikan. Pemanfaatan limbah pertanian ini tidak hanya mengurangi jumlah limbah yang harus dikelola, tetapi juga memberikan nilai tambah pada produk sampingan dari perkebunan jagung, menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani dan pengusaha lokal. Manfaat lingkungan dari sistem CHP ini tidak bisa diabaikan. Penggunaan panas buangan untuk proses pengeringan jagung dan penyediaan listrik untuk penerangan, irigasi, dan operasional lainnya menciptakan rantai pasok yang minim limbah dan ramah lingkungan. Ini berarti bahwa hampir setiap bagian dari limbah jagung dapat dimanfaatkan secara produktif, mengurangi dampak lingkungan negatif yang biasanya dikaitkan dengan limbah pertanian. Selain itu, residu abu sisa pembakaran di unit gasifikasi yang dapat dimanfaatkan sebagai biochar untuk pemupukan tanaman jagung memberikan manfaat tambahan yang sangat positif. Biochar ini membantu meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia, dan pada gilirannya, mengurangi jejak karbon dari kegiatan pertanian. Salah satu keuntungan utama dari sistem CHP adalah penurunan emisi karbon dioksida yang signifikan. Dengan menggunakan bahan bakar dari sumber biomassa yang terbarukan, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan global dengan menciptakan model pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. TANTANGAN DAN PERTIMBANGANMeskipun sistem Combined Heat and Power (CHP) menawarkan berbagai manfaat, tantangan yang dihadapi dalam implementasinya tidak dapat diabaikan. Salah satu tantangan utama adalah investasi awal dan infrastruktur yang diperlukan. Sistem CHP memerlukan modal yang signifikan untuk pembangunan infrastruktur dan pengadaan teknologi. Ini menjadi hambatan terutama bagi petani kecil atau daerah dengan sumber daya finansial terbatas. Oleh karena itu, model pendanaan yang komprehensif perlu dikembangkan, dengan dukungan dari pemerintah atau lembaga keuangan. Insentif fiskal, subsidi, atau skema pembiayaan yang menguntungkan dapat membantu mengurangi beban awal dan memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa dukungan kebijakan dan regulasi mendukung adopsi teknologi ini, sehingga memudahkan implementasi dan operasional jangka panjang. Tantangan lainnya adalah pemeliharaan dan operasional yang berkelanjutan. Sistem CHP, dengan segala keunggulannya, memerlukan pemeliharaan rutin untuk menjaga kinerja optimal dan mencegah kerusakan. Ini berarti bahwa tenaga kerja lokal harus dilatih secara memadai untuk menangani operasional dan pemeliharaan harian. Dukungan teknis dari penyedia teknologi juga harus tersedia secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah teknis yang mungkin muncul. Selain itu, skalabilitas dan replikasi model bisnis ini juga menjadi pertimbangan penting. Studi kelayakan lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah sistem CHP dapat diadaptasi dan diterapkan di berbagai daerah dengan kondisi yang berbeda. Analisis mendalam mengenai kebutuhan lokal, sumber daya yang tersedia, dan infrastruktur pendukung harus dilakukan untuk memastikan bahwa model ini dapat berhasil diterapkan secara luas dan tidak hanya terbatas pada lokasi percontohan. Dengan demikian, keberhasilan jangka panjang dari sistem CHP ini sangat bergantung pada perencanaan yang matang, dukungan kebijakan, dan kesiapan teknis serta finansial dari berbagai pihak yang terlibat. KESIMPULANPenelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem CHP pada perkebunan jagung menawarkan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas, ketahanan pangan, dan ketahanan energi. Selain memberikan manfaat langsung dalam bentuk energi dan pengurangan limbah, sistem ini juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dengan mengurangi emisi karbon dan memanfaatkan biochar sebagai pupuk alami. Namun, keberhasilan implementasi ini akan sangat bergantung pada dukungan finansial, teknis, dan kebijakan yang memadai. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya memiliki potensi untuk merevolusi sektor pertanian, tetapi juga dapat menjadi model bagi integrasi teknologi energi terbarukan di sektor lainnya, mendorong kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.