Review Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Teknologi Tepat Guna bagi Desa mencerminkan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui inovasi teknologi. Dimulai oleh BJ Habibie sejak 1999, Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) menjadi platform penting untuk mempromosikan dan mengimplementasikan teknologi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Tahun ini, GTTGN XXV telah diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan menyoroti pentingnya teknologi tepat guna dalam memberdayakan desa.
ANALISIS EKOSISTEM PRODUKSI
Teknologi Tepat Guna (TTG) didesain untuk menjadi alat yang sederhana dan mudah digunakan oleh masyarakat desa, namun tetap efektif dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam konteks teknologi pangan, TTG bisa berupa alat-alat pertanian, peternakan, dan perikanan yang telah disesuaikan dengan kondisi lokal dan kemampuan teknis masyarakat desa.
Komunitas Penemu dan Posyantek: Pembentukan Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) di desa-desa merupakan langkah penting untuk mengakomodasi kebutuhan lokal dan memfasilitasi penciptaan teknologi baru. Posyantek berfungsi sebagai pusat inovasi di mana masyarakat dapat berkumpul untuk mengembangkan, menguji, dan memperbaiki prototipe teknologi. Bagi sektor pangan, ini bisa berarti pengembangan alat pengolah hasil pertanian, teknologi pengawetan makanan, dan sistem pemberian pakan otomatis untuk ternak dan ikan.
Penyertaan Modal Jangka Panjang: Untuk mendukung keberlanjutan inovasi, pembiayaan penyertaan modal jangka panjang perlu dimasukkan dalam perencanaan anggaran desa. Ini penting untuk memastikan bahwa riset dan pengembangan teknologi terus berjalan dan tidak terhenti karena keterbatasan dana. Kerja sama dengan dinas-dinas terkait, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat juga penting untuk menyediakan sumber daya tambahan dan keahlian teknis.
ANALISIS EKOSISTEM PEMASARAN
Setelah teknologi tepat guna berhasil dikembangkan, langkah selanjutnya adalah memastikan teknologi tersebut dapat diakses oleh pasar yang lebih luas. Pengembangan ekosistem pemasaran yang efektif menjadi kunci untuk memaksimalkan dampak positif dari teknologi tersebut.
Peran BUM Desa: Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dapat memainkan peran penting dalam memasarkan teknologi tepat guna. BUM Desa bisa berfungsi sebagai agen penjual teknologi yang dikembangkan di Posyantek, atau bahkan menjadi unit usaha yang mengelola seluruh proses dari riset hingga penjualan. Dengan status sebagai entitas badan hukum publik, BUM Desa memiliki kapasitas untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, untuk memasarkan produk teknologi tepat guna.
Platform Digital dan Pemasaran Online: Untuk memperluas jangkauan pasar, BUM Desa harus memanfaatkan platform digital dan pemasaran online. Dengan membuka toko maya dan memanfaatkan media sosial, BUM Desa dapat menjangkau pembeli potensial di luar desa, bahkan hingga tingkat nasional dan internasional. Kerja sama dengan lokapasar (marketplace) yang dapat menyelesaikan faktur pajak dan pembayaran pajak juga akan mempermudah proses penjualan dan meningkatkan transparansi.
TANTANGAN DAN REKOMENDASI
Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, masih ada tantangan yang harus diatasi untuk memastikan keberhasilan implementasi teknologi tepat guna di desa-desa.
Kendala Pembiayaan: Meskipun rata-rata APB Desa cukup besar, alokasi dana untuk riset dan pengembangan teknologi masih terbatas. Pemerintah desa perlu lebih proaktif dalam mengalokasikan dana untuk inovasi teknologi dan mencari sumber pembiayaan tambahan melalui kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga donor.
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Masyarakat desa perlu dibekali dengan keterampilan teknis yang memadai untuk mengoperasikan dan memelihara teknologi tepat guna. Pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan: Kerja sama yang kuat antara pemerintah, komunitas lokal, perguruan tinggi, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem inovasi yang dinamis. Semua pihak harus bekerja sama untuk mendukung penciptaan, pengujian, dan komersialisasi teknologi tepat guna.
KESIMPULAN
Teknologi Tepat Guna memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat desa, terutama dalam sektor pangan. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan, desa-desa di Indonesia dapat menjadi pusat inovasi yang berkelanjutan. Melalui pembentukan ekosistem produksi dan pemasaran yang efektif, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia, teknologi tepat guna dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengatasi masalah ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan.