Protein Masa Depan dari Mikroalga: Solusi Cerdas di Tengah Krisis Pangan dan Energi

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)

Di tengah ancaman krisis pangan global dan tekanan perubahan iklim, pencarian sumber protein yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak. Ketergantungan kita terhadap peternakan konvensional dan tanaman pangan besar seperti kedelai tidak hanya membebani lahan dan air, tetapi juga menyumbang besar terhadap emisi karbon. Di sinilah mikroalga muncul sebagai jawaban yang menjanjikan—kecil, efisien, dan sarat potensi.

Mikroalga bukanlah makhluk asing dalam dunia energi dan pangan terbarukan. Organisme bersel tunggal ini mampu tumbuh cepat, memproduksi biomassa dalam jumlah besar, dan memiliki kandungan protein tinggi yang dapat menyaingi kedelai atau bahkan daging. Keunggulan lainnya? Mikroalga bisa dibudidayakan di lahan tak subur, memanfaatkan air limbah, dan bahkan berperan dalam menyerap CO₂—suatu fitur penting dalam konteks dekarbonisasi industri.

Namun seperti banyak teknologi masa depan lainnya, tantangan utama mikroalga adalah bagaimana membuatnya layak secara ekonomi dan skalabel secara industri. Untuk itu, riset terbaru menyoroti beragam pendekatan inovatif dalam ekstraksi protein mikroalga. Mulai dari pulsed electric field (PEF) yang memanfaatkan medan listrik untuk membuka dinding sel, ultrasound-assisted extraction (UAE) yang menggunakan gelombang suara untuk melepaskan protein, hingga microwave dan enzyme-assisted extraction (EAE) yang mengombinasikan panas dan enzim untuk efisiensi maksimal. Semua metode ini bertujuan menjawab dua persoalan utama: bagaimana menembus dinding sel mikroalga yang kuat dan bagaimana memaksimalkan perolehan protein dengan kualitas yang terjaga.

Lebih dari sekadar teknis, aspek nutrisi juga tak luput dari perhatian. Studi ini membahas kecernaan (digestibility) dan bioavailabilitas protein mikroalga, baik untuk konsumsi manusia maupun pakan akuakultur. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan pengolahan yang tepat, protein mikroalga bisa menjadi alternatif berkualitas tinggi untuk pangan, suplemen, hingga formula pakan ikan.

Yang menarik, dalam konteks energi dan lingkungan, studi ini juga membedah Life Cycle Assessment (LCA) dari produksi protein mikroalga—menganalisis jejak karbon, konsumsi energi, dan dampaknya dibandingkan sumber protein konvensional. Hasilnya cukup berimbang: meski prosesnya masih tergolong energi-intensif, integrasi teknologi biorefinery, pemanfaatan CO₂ industri, dan optimalisasi proses bisa membuatnya jauh lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.

Peluang dan Tantangan di Indonesia

Bagi Indonesia—negara tropis dengan garis pantai panjang dan limpahan sinar matahari—mikroalga bukan sekadar wacana ilmiah, tapi peluang nyata. Potensi pemanfaatan mikroalga di kawasan pesisir, kolam air payau, bahkan di kolam limbah industri bisa menjadi game changer dalam produksi pangan dan energi berbasis bio.

Namun, tantangannya jelas: dari infrastruktur produksi yang masih minim, teknologi ekstraksi yang belum umum, hingga biaya awal yang tinggi. Selain itu, regulasi dan standar keamanan pangan untuk produk berbasis mikroalga masih perlu diperkuat agar dapat bersaing di pasar domestik dan global.

Di sinilah peran integrasi antar sektor menjadi penting: sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah dibutuhkan untuk mengembangkan model biorefinery lokal berbasis mikroalga, yang tidak hanya menghasilkan protein, tetapi juga bioenergi, pigmen alami, dan bahan baku farmasi.

Jika diarahkan dengan tepat, mikroalga bisa menjadi solusi pangan masa depan yang juga mendukung transisi energi terbarukan. Dari mikro yang nyaris tak terlihat, kita bisa membangun sistem pangan dan energi yang lebih hijau, efisien, dan inklusif.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *