Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Sejak Neil Armstrong dan Edwin E. Aldrin Jr. mendarat di bulan pada 20 Juli 1969, pencapaian luar angkasa manusia telah berkembang pesat. Tak hanya mencapai bulan, tetapi juga merambah jauh ke luar angkasa dengan misi seperti pendaratan pesawat antariksa NASA di asteroid Bennu pada 20 Oktober 2020. Menjelang tahun 2030-an, ambisi untuk mengirim manusia ke Mars semakin nyata. Namun, satu tantangan utama yang menghalangi pencapaian ini adalah sistem pangan, terutama dalam konteks pengemasan makanan untuk misi luar angkasa yang lebih panjang.
Sistem pangan untuk misi luar angkasa, khususnya yang dilakukan oleh NASA, menghadapi tantangan unik. Di lingkungan luar angkasa yang ekstrem—dengan sinar kosmik galaksi, radiasi matahari, dan gravitasi mikro—masa simpan makanan tidak dapat bertahan lebih dari 18 bulan dengan sistem pengemasan yang ada. Oleh karena itu, teknologi pengemasan makanan untuk misi luar angkasa menjadi fokus utama penelitian dan pengembangan.
Tahun 1960-an hingga 1970-an: Era Awal. Pada awal misi luar angkasa, teknologi pengemasan makanan NASA masih berada pada tahap dasar, dengan fokus utama pada menjaga makanan tetap aman dan layak konsumsi selama perjalanan. Pada periode ini, material yang digunakan umumnya berupa plastik sederhana dan aluminium foil. Plastik ini dirancang untuk melindungi makanan dari oksidasi dan kelembapan, namun teknologi ini memiliki keterbatasan dalam hal masa simpan dan perlindungan terhadap radiasi kosmik. Meskipun fungsional, kemasan tersebut belum dapat memberikan perlindungan optimal yang diperlukan dalam lingkungan ruang angkasa yang ekstrem.
Tahun 1980-an hingga 2000-an: Kemajuan dan Inovasi. Memasuki dekade 1980-an dan 1990-an, terjadi kemajuan signifikan dalam teknologi pengemasan makanan. Material seperti film plastik multilapis mulai digunakan, menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap radiasi dan kontaminasi luar. Teknologi pengemasan juga mengalami inovasi, dengan diperkenalkannya kemasan yang dapat menahan sinar ultraviolet dan teknologi pengemasan vakum yang meningkatkan ketahanan makanan terhadap kondisi luar angkasa. Penelitian pada periode ini fokus pada teknik pemrosesan makanan untuk memperpanjang umur simpan tanpa mengorbankan kualitas dan nilai gizi, memungkinkan makanan tetap bergizi dan aman selama perjalanan antariksa yang lebih lama.
Masa Depan: Teknologi dan Material Baru. Menghadapi tantangan masa depan, NASA dan lembaga terkait tengah mengeksplorasi berbagai teknologi dan material canggih. Fokus penelitian saat ini mencakup pengembangan bahan kemasan berbasis nanoteknologi yang dapat memberikan perlindungan lebih baik terhadap radiasi dan kontaminasi. Teknologi seperti pencetakan 3D untuk kemasan makanan juga sedang dikembangkan untuk memungkinkan pembuatan kemasan yang lebih fleksibel dan adaptif. Selain itu, konsep inovatif seperti “food-in-a-box,” yang memungkinkan penanaman makanan di ruang angkasa, sedang dieksplorasi sebagai solusi jangka panjang untuk kebutuhan pangan astronot di masa depan. Teknologi-teknologi ini diharapkan dapat mengatasi tantangan pengemasan makanan di lingkungan luar angkasa dan mendukung misi-misi antariksa yang semakin ambisius.
Evolusi teknologi pengemasan makanan antariksa dari tahun 1960-an hingga saat ini menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Dengan tantangan yang semakin kompleks dari misi luar angkasa yang lebih lama dan lebih jauh, penting bagi penelitian dan pengembangan di bidang ini untuk terus berinovasi. Mengintegrasikan teknologi mutakhir dan material baru, serta memanfaatkan pendekatan multidisipliner, akan menjadi kunci untuk mendukung eksplorasi luar angkasa yang berkelanjutan dan sukses. Peringatan 60 tahun aktivitas antariksa adalah momen penting untuk merayakan pencapaian tersebut dan memandang ke depan untuk solusi yang lebih inovatif dalam sistem pangan antariksa.