Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Pengemulsi E 472, yang terdiri dari ester asam organik dari mono- dan diasilgliserida, memainkan peran penting dalam berbagai produk pangan, mulai dari pengemulsian hingga stabilisasi. Dengan enam subkelompok (E 472a-f) yang berbeda berdasarkan komponen asamnya, seperti asam asetat, laktat, sitrat, dan tartarat, pengemulsi ini memberikan fleksibilitas dalam formulasi pangan. Namun, salah satu tantangan yang dihadapi dalam menganalisis pengemulsi E 472 adalah variasi kelembaban relatif (RH), yang memengaruhi pemisahan kromatografi lapis tipis (TLC). Penelitian terbaru yang dibahas dalam narasi ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana RH dapat memengaruhi hasil kromatografi dan menyoroti pentingnya pengaturan RH yang tepat untuk analisis yang konsisten.
Sebagai seorang Dosen Teknologi Pangan, saya melihat bahwa studi ini sangat relevan bagi industri pangan dan laboratorium analisis yang menggunakan teknik kromatografi untuk mengevaluasi bahan tambahan pangan. Kelembaban relatif, yang bervariasi secara musiman dan antarruangan, dapat berdampak signifikan pada hasil kromatografi, terutama dalam pengujian pengemulsi kompleks seperti E 472. Penelitian ini membandingkan tiga teknik pengaturan RH menggunakan larutan garam jenuh dan asam sulfat encer, yang memberikan hasil berbeda dalam aktivitas pelat kromatografi.
Yang menarik dari penelitian ini adalah temuan bahwa larutan asam sulfat encer menyebabkan penurunan nilai hRF, yang berarti bahwa pemisahan komponen pengemulsi menjadi kurang efisien pada kelembaban yang lebih tinggi. Sebaliknya, larutan garam jenuh tidak menunjukkan tren perubahan yang konsisten dalam nilai hRF, menandakan bahwa teknik ini mungkin lebih stabil untuk menjaga hasil kromatografi yang andal. Ini adalah informasi penting bagi laboratorium yang mungkin beroperasi dalam kondisi lingkungan yang tidak terkendali, di mana variasi RH bisa memengaruhi akurasi analisis.
Dari perspektif teknologi pangan, penelitian ini menekankan bahwa teknik pengaturan RH yang dipilih harus disesuaikan dengan karakteristik analit dan tujuan spesifik dari analisis tersebut. Misalnya, dalam pengujian pengemulsi E 472, di mana setiap subkelompok memiliki sifat kimia yang berbeda, pemilihan teknik pengaturan RH yang tepat menjadi krusial untuk menjaga konsistensi hasil. Meskipun ada perbedaan dalam sidik jari kromatografi antar teknik pengaturan RH, penelitian menunjukkan bahwa konsistensi tetap terjaga ketika teknik yang sama digunakan di seluruh rentang RH yang diuji.
Penelitian ini juga memberikan kontribusi penting dalam memastikan bahwa metode analisis kromatografi dapat diandalkan dan reproducible, yang merupakan elemen kunci dalam kontrol kualitas produk pangan. Pengemulsi E 472 sering digunakan dalam produk roti, kue, es krim, dan makanan siap saji, yang berarti bahwa pengujian kualitas bahan ini harus konsisten, akurat, dan dapat diandalkan di seluruh proses produksi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kelembaban relatif memengaruhi pemisahan kromatografi, industri pangan dapat mengadopsi pendekatan analitis yang lebih tepat, mengurangi potensi kesalahan, dan memastikan produk akhir yang lebih stabil dan berkualitas tinggi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menawarkan wawasan penting bagi industri pangan, laboratorium, dan akademisi, terutama dalam hal penerapan teknik analisis yang lebih akurat dan efisien. Dengan memilih metode pengaturan RH yang sesuai, para ahli teknologi pangan dapat memastikan analisis yang lebih akurat dan terstandar, sehingga mendukung inovasi dan peningkatan kualitas dalam produk pangan yang lebih baik.