Review Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap
Kekurangan zat gizi mikro, seperti zat besi, asam folat, vitamin C, dan vitamin D, saat ini menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan di masyarakat. Fenomena ini disebabkan oleh menurunnya konsumsi makanan utuh yang alami, terutama sayur dan buah mentah, serta meningkatnya ketergantungan pada nutraceutical sintetis dan makanan olahan. Meskipun suplemen dan makanan olahan sering dianggap sebagai solusi praktis, kenyataannya, daya serap nutrisi dari produk-produk ini sering kali kurang optimal di dalam tubuh, sehingga tidak memberikan manfaat yang maksimal.
Penelitian menunjukkan bahwa makanan utuh yang diolah secara alami jauh lebih baik dalam hal penyerapan nutrisi dibandingkan dengan suplemen sintetis. Ini menjadi dasar penting bagi para peneliti untuk mencari solusi yang menggabungkan keunggulan nutrisi alami dengan teknologi modern, salah satunya melalui inovasi nano-nutraceutical berbasis gom tragacanth (TG). TG merupakan bahan alami yang disetujui oleh FDA dan dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam membentuk hidrogel yang dapat menyerap air hingga 50 kali beratnya. Namun, tantangan muncul ketika ukuran TG direduksi menjadi skala nano, yang mengurangi kemampuan pembentuk hidrogelnya. Meski begitu, inovasi ini justru memanfaatkan perubahan sifat TG tersebut untuk sintesis nano-nutraceutical yang lebih efektif.
Metode yang digunakan dalam inovasi ini sangat menarik. Prosesnya melibatkan enkapsulasi jus bit dan bubuk nano kemangi manis dalam hidrogel TG, yang kemudian dikeringkan menggunakan teknik pengeringan beku (freeze-drying). Setelah itu, komposit TG yang telah dikeringkan tersebut digiling menjadi bentuk bola nano. Hasilnya adalah produk nano-nutraceutical yang kaya akan nutrisi esensial seperti zat besi, asam folat, asam askorbat, klorofil, niasin, dan gula. Keunggulan utama dari produk ini adalah kandungan nutrisi alaminya tanpa memerlukan bahan kimia tambahan atau pengawet, sehingga lebih sehat dan alami.
Sebagai seorang akademisi di bidang Teknologi Pangan, inovasi ini menawarkan pendekatan yang revolusioner dalam mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro. Menggabungkan keunggulan bahan alami dengan teknologi nano memungkinkan terciptanya suplemen yang lebih mudah diserap oleh tubuh, sehingga manfaat kesehatannya bisa dirasakan lebih optimal. Penggunaan bit dan kemangi manis dalam bentuk nano juga menunjukkan bahwa bahan-bahan alami dari tanaman dapat diolah menjadi produk yang berpotensi tinggi dalam memperbaiki asupan gizi.
Pendekatan ini, selain menawarkan solusi praktis bagi masalah gizi, juga menekankan pentingnya pengembangan pangan berbasis teknologi hijau dan ramah lingkungan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan nutrisi alami, inovasi seperti ini menjadi sangat relevan. Selain itu, penelitian ini juga membuka peluang lebih besar untuk mengembangkan produk serupa dengan bahan-bahan alami lainnya, yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat secara lebih luas.
Secara keseluruhan, inovasi nano-nutraceutical berbasis gom tragacanth ini tidak hanya menjadi solusi menarik untuk masalah kekurangan gizi mikro, tetapi juga memperkuat pentingnya pengembangan produk pangan yang lebih sehat, alami, dan ramah lingkungan.