Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Pangan berbasis jamur semakin dianggap sebagai solusi potensial untuk menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Dalam sebuah studi yang menyoroti aspek-aspek yang memengaruhi pilihan pangan harian, termasuk pilihan pangan berbasis jamur, serta faktor pendorong dan penghambat dalam menanam dan memasak jamur di rumah, ditemukan beberapa temuan menarik yang relevan untuk pengembangan pangan berbasis jamur. Sebagai Dosen Teknologi Pangan, hasil studi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana kita dapat mengarahkan konsumen untuk lebih terbuka terhadap pangan berbasis jamur dan mengintegrasikannya ke dalam pola makan sehari-hari.
Pilihan pangan dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti manfaat lingkungan, nilai gizi, karakteristik sensorik, praktik produksi, dan bahan yang digunakan. Jamur, sebagai sumber pangan nabati, menawarkan berbagai manfaat tersebut. Jamur dikenal memiliki nilai gizi yang tinggi, seperti kandungan protein, serat, serta vitamin dan mineral. Selain itu, jamur memiliki jejak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan daging atau produk hewani lainnya. Oleh karena itu, jamur dapat menjadi alternatif yang menarik untuk membantu mencapai tujuan keberlanjutan dalam sistem pangan global.
Keingintahuan dan faktor-faktor lain yang sama dengan pemilihan makanan sehari-hari juga berperan penting dalam pemilihan pangan berbasis jamur. Banyak konsumen yang tertarik pada jamur karena keingintahuan akan tekstur dan rasa baru, serta kesadaran akan bahan-bahan alami dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Faktor ini penting untuk diperhatikan dalam mengembangkan strategi promosi pangan berbasis jamur. Menyajikan informasi yang jelas tentang manfaat gizi dan lingkungan dari jamur dapat mendorong konsumen untuk memilih produk ini lebih sering.
Dalam hal penanaman dan memasak jamur di rumah, studi ini menunjukkan bahwa ada lebih banyak pendorong daripada penghambat. Faktor pendorong seperti kemandirian dalam penyediaan pangan, rasa ingin tahu, dan kesadaran akan bahan-bahan yang digunakan menjadi motivasi utama bagi konsumen untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Kemandirian dalam menanam jamur di rumah memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen yang ingin berkontribusi pada sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, rasa ingin tahu akan proses menanam dan mengolah jamur membuka peluang bagi pangan berbasis jamur untuk menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Namun, terdapat beberapa hambatan yang perlu diperhatikan, seperti keterbatasan waktu, kurangnya pengetahuan, dan kekhawatiran terhadap kontaminasi. Hambatan-hambatan ini dapat diatasi dengan memberikan edukasi kepada konsumen tentang cara menanam dan mengolah jamur dengan aman dan efisien. Kampanye pendidikan yang terstruktur dengan baik, serta panduan praktis yang mudah diakses, dapat membantu mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan partisipasi konsumen dalam mengolah jamur di rumah.
Penelitian ini juga relevan untuk pengembangan produk pangan berbasis jamur di masa depan. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi pilihan konsumen dan bagaimana mereka terlibat dengan produk berbasis jamur, produsen dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen. Selain itu, keberhasilan dalam menanam jamur di rumah dapat membuka peluang untuk menciptakan rantai pasokan yang lebih pendek dan lebih berkelanjutan, di mana konsumen memiliki kontrol lebih besar terhadap sumber makanan mereka.
Secara keseluruhan, pangan berbasis jamur memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Sebagai dosen di bidang Teknologi Pangan, saya melihat peluang besar dalam mempromosikan jamur sebagai sumber pangan yang kaya gizi, ramah lingkungan, dan mudah diolah. Studi ini menegaskan pentingnya strategi edukasi dan promosi yang tepat untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan manfaat jamur serta meminimalkan hambatan yang mungkin mereka hadapi dalam mengadopsi jamur sebagai bagian dari pola makan sehari-hari.