Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Sistem pangan berkelanjutan telah menjadi fokus utama dalam berbagai kebijakan dan strategi global, termasuk di Eropa melalui “Farm to Fork Strategy”. Namun, pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya menjadi kekuatan pendorong dan pemersatu yang menjaga keberlanjutan sistem pangan tersebut? Narasi ini memberikan perspektif baru yang unik dengan menggunakan pendekatan fisika termodinamika dan sistem adaptif kompleks untuk menjelaskan bagaimana keberlanjutan bisa tercapai dalam sistem pangan.
Dalam ulasan ini, sistem pangan dilihat sebagai sistem terbuka yang mengikuti prinsip-prinsip termodinamika, di mana energi utama yang memicu sistem ini berasal dari energi matahari. Ini merupakan konsep yang menarik karena menunjukkan bahwa sistem pangan tidak terisolasi, melainkan sangat dipengaruhi oleh aliran energi dan interaksi dengan lingkungan. Ada tujuh elemen kunci yang membangun sistem ini, yaitu pemain (aktor dalam sistem pangan), elemen-elemen penyusun (sumber daya dan produk), aturan permainan, gerakan atau aktivitas, medan permainan (lingkungan atau konteks), hasil kemenangan, dan waktu. Elemen-elemen ini saling berhubungan untuk menciptakan sebuah ekosistem pangan yang dinamis.
Sistem pangan berkelanjutan juga dijelaskan sebagai sistem adaptif kompleks yang berevolusi dalam apa yang disebut sebagai “melting zone”, sebuah ruang operasi aman dan adil yang berada di antara kondisi yang “membeku” (tidak fleksibel) dan “kekacauan” (tidak teratur). Dengan kata lain, sistem pangan harus tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan tanpa kehilangan stabilitas atau kontrol. Konsep ini menekankan bahwa keberlanjutan bukanlah tentang pertumbuhan yang terus-menerus, tetapi lebih kepada keseimbangan yang dinamis antara keteraturan dan disrupsi.
Menariknya, konsep ini juga menggunakan analogi dari empat gaya fundamental dalam fisika—gaya kuat, gaya lemah, energi elektromagnetik, dan gravitasi—untuk menjelaskan keterkaitan antara aktor (pemain) dan sumber daya atau produk (elemen penyusun) dalam sistem pangan. Gaya-gaya ini dapat diartikan sebagai kekuatan yang mengikat aktor dan elemen-elemen dalam sistem pangan, baik dalam bentuk kolaborasi, regulasi, maupun interaksi ekonomi. Analogi fisika ini memberikan perspektif yang segar dan menarik dalam memahami bagaimana berbagai faktor dalam sistem pangan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Temuan utama dari narasi ini adalah bagaimana konsep fisika dapat membantu merumuskan perkembangan di masa depan dalam ilmu dan teknologi pangan. Jaringan aktor pangan yang saling terkait mendorong transformasi dari rantai pangan tunggal menuju sistem pangan yang lebih beragam, baik dari segi produk, sumber daya, maupun pola konsumsi. Sistem pangan masa depan akan ditandai oleh multi-fungsi, ketahanan, adaptabilitas, serta fleksibilitas temporal dan spasial dalam menangani makanan. Sistem ini harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan tuntutan sosial tanpa kehilangan integritas fungsionalnya.
Lebih lanjut, jalur pengembangan sistem pangan berkelanjutan bukanlah pertumbuhan tanpa batas, tetapi lebih kepada pola yang seimbang antara keadaan “beku” dan “kacau”. Hal ini menegaskan bahwa sistem pangan yang berkelanjutan harus mampu menavigasi antara stabilitas dan inovasi, antara efisiensi dan kelincahan. Dalam konteks ilmu dan teknologi pangan, ini berarti bahwa penelitian dan pengembangan harus berfokus pada menciptakan sistem yang adaptif dan resilien, yang mampu bertahan dan berkembang di tengah ketidakpastian dan perubahan.
Secara keseluruhan, pendekatan berbasis fisika ini menawarkan perspektif yang sangat menarik dan mendalam dalam memahami keberlanjutan sistem pangan. Bagi para ahli teknologi pangan, narasi ini membuka wawasan baru tentang bagaimana kita dapat merancang sistem pangan yang tidak hanya efisien dan produktif, tetapi juga tangguh dan berkelanjutan. Kombinasi antara ilmu fisika, termodinamika, dan teori sistem adaptif kompleks ini dapat menjadi dasar yang kuat bagi pengembangan teknologi pangan masa depan yang lebih selaras dengan prinsip keberlanjutan.