Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penelitian ini mengungkapkan sebuah temuan yang menarik bahwa kulit pisang, yang selama ini sering diabaikan, ternyata menyimpan berbagai kandungan gizi penting, fitokimia, dan sifat antioksidan yang berpotensi besar dalam manajemen diabetes. Sebagai seorang dosen di bidang Teknologi Pangan, temuan ini membuka pintu bagi inovasi pangan fungsional, terutama dalam memanfaatkan bagian-bagian buah yang umumnya dibuang. Dalam hal ini, penelitian membandingkan potensi anti-diabetes dari tepung daging pisang M. paradisiaca dengan tepung utuh (kulit dan daging) dari tiga kultivar Musa yang sering dikonsumsi.
Pertama, penelitian menunjukkan bahwa ketiga tepung yang dianalisis—tepung pisang hibrida (WH), tepung M. sapientum utuh (WB), dan tepung M. paradisiaca utuh (WP)—memiliki nilai indeks glikemik yang rendah, berkisar antara 49.33 hingga 52.91. Hal ini sebanding dengan tepung dari daging M. paradisiaca (PP), yang memiliki nilai 51.60. Ini adalah kabar baik karena makanan dengan indeks glikemik rendah diketahui mampu membantu mengontrol kadar gula darah, yang sangat penting bagi penderita diabetes. Dengan demikian, seluruh sampel yang diuji memiliki potensi untuk dijadikan pilihan makanan bagi mereka yang berusaha mengontrol kadar gula darah.
Kedua, temuan bahwa tepung dari kulit dan daging pisang (WH, WB, WP) memiliki kandungan flavonoid total, aktivitas antioksidan DPPH dan FRAP, serta aktivitas penghambatan enzim α-amylase yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung dari daging pisang saja (PP) merupakan penemuan yang signifikan. Flavonoid dikenal karena perannya dalam melawan radikal bebas, yang bisa merusak sel-sel tubuh dan berkontribusi terhadap perkembangan berbagai penyakit, termasuk diabetes. Dengan demikian, mengonsumsi tepung utuh dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih luas.
Ketiga, meskipun tepung dari daging pisang (PP) memiliki keunggulan dalam kemampuan menetralkan radikal hidroksil (OH*) dan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase yang lebih baik dibandingkan dengan tepung utuh lainnya, hasil ini menunjukkan bahwa bagian daging pisang tetap memiliki peran penting dalam mengelola diabetes. Namun, tepung utuh, terutama dari pisang hibrida (WH), memberikan kombinasi terbaik antara kandungan fenol total, flavonoid total, kemampuan antioksidan, dan aktivitas penghambatan enzim α-amylase.
Keempat, penting untuk dicatat bahwa enzim α-amylase dan α-glukosidase berperan dalam pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Dengan menghambat aktivitas kedua enzim ini, tubuh akan memperlambat penyerapan gula, sehingga mencegah lonjakan kadar gula darah. Oleh karena itu, tepung dari kulit dan daging pisang, terutama dari kultivar hibrida (WH), memiliki potensi besar dalam pengelolaan diabetes dengan memperlambat proses pencernaan karbohidrat.
Kelima, penemuan bahwa tepung pisang utuh memiliki sifat antioksidan yang kuat juga memberikan manfaat tambahan dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif, yang sering dialami oleh penderita diabetes. Antioksidan seperti flavonoid dapat membantu melindungi tubuh dari peradangan kronis dan kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas, yang pada akhirnya dapat memperlambat perkembangan komplikasi diabetes.
Keenam, sebagai seorang ahli di bidang pangan, saya melihat peluang besar untuk mengembangkan produk-produk pangan baru berbasis tepung pisang utuh. Dengan memanfaatkan kulit pisang yang biasanya dibuang, kita dapat mengurangi limbah pangan sekaligus menciptakan produk yang lebih bergizi dan bermanfaat bagi kesehatan. Pisang, terutama yang diproses secara utuh, bisa dikembangkan menjadi bahan baku untuk berbagai produk seperti roti, kue, atau camilan sehat yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas, termasuk penderita diabetes.
Terakhir, hasil penelitian ini tidak hanya penting bagi dunia medis, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada industri pangan. Tepung dari pisang utuh, terutama dari kultivar hibrida, memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan pangan fungsional yang mampu mendukung manajemen diabetes secara alami. Dengan kombinasi manfaat indeks glikemik rendah, aktivitas antioksidan yang kuat, dan penghambatan enzim pencernaan karbohidrat, produk berbasis pisang utuh dapat menjadi solusi efektif dalam mendukung kesehatan masyarakat yang lebih baik.