Laktosa dalam Susu: Nutrisi Lengkap yang Menyimpan Tantangan Tersembunyi Bagi Penderita Intoleransi Laktosa

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Susu dikenal sebagai makanan lengkap karena kaya akan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Mengonsumsi susu secara teratur dapat membantu mengurangi masalah defisiensi gizi, berkat kandungan proteinnya yang tinggi, vitamin, mineral, dan terutama laktosa, sejenis gula yang menjadi sumber energi. Namun, bagi sebagian orang, konsumsi laktosa justru dapat menimbulkan masalah serius akibat kekurangan enzim β-galaktosidase atau laktase dalam tubuh. Kondisi ini menyebabkan tubuh tidak mampu mencerna laktosa dengan baik, sehingga memicu berbagai gangguan pencernaan.

Intoleransi laktosa terjadi ketika enzim laktase yang bertugas memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa tidak cukup diproduksi oleh usus kecil. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna akan menuju usus besar dan menjadi makanan bagi bakteri di sana. Proses fermentasi bakteri terhadap laktosa menghasilkan asam dan gas yang menyebabkan berbagai gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri perut, dan gejala tidak nyaman lainnya. Hal ini bisa sangat mengganggu, terutama bagi mereka yang sangat bergantung pada susu sebagai sumber nutrisi harian.

Terdapat beberapa jenis intoleransi laktosa yang perlu diketahui. Pertama, intoleransi laktosa primer, yang merupakan bentuk paling umum dan berkembang secara bertahap seiring bertambahnya usia. Dalam kondisi ini, produksi enzim laktase secara alami menurun setelah masa kanak-kanak. Kedua, intoleransi laktosa sekunder, yang disebabkan oleh penyakit atau cedera pada usus kecil, seperti infeksi atau gangguan pencernaan lainnya, yang mengurangi produksi enzim laktase. Ketiga, intoleransi laktosa kongenital, yang merupakan kondisi langka di mana bayi lahir tanpa kemampuan menghasilkan enzim laktase sejak lahir, sehingga menyebabkan ketidakmampuan total untuk mencerna laktosa.

Untuk mengatasi intoleransi laktosa, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Salah satunya adalah dengan mengurangi atau menghindari konsumsi produk susu yang mengandung laktosa tinggi. Alternatif lainnya adalah memilih produk susu bebas laktosa, yang diproses dengan menambahkan enzim laktase sehingga laktosa telah dipecah menjadi gula sederhana yang lebih mudah dicerna. Selain itu, tersedia juga suplemen enzim laktase yang dapat dikonsumsi sebelum mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa untuk membantu pencernaan laktosa di dalam tubuh.

Dari sudut pandang industri pangan, tantangan ini telah mendorong inovasi dalam pengembangan produk-produk yang ramah bagi penderita intoleransi laktosa. Teknologi fermentasi serta penggunaan enzim laktase dalam proses produksi telah memungkinkan pembuatan berbagai produk susu yang bebas laktosa tanpa mengorbankan rasa dan nutrisi. Produk-produk seperti susu, yoghurt, dan keju bebas laktosa kini tersedia luas di pasaran, sehingga konsumen dengan intoleransi laktosa tetap bisa menikmati manfaat nutrisi dari susu tanpa harus khawatir akan gangguan pencernaan.

Kesadaran akan intoleransi laktosa juga menjadi semakin penting dalam pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat. Edukasi mengenai gejala, jenis, dan cara mengelola intoleransi laktosa perlu ditingkatkan, terutama di kalangan orang tua dan individu dewasa yang mengalami gejala tanpa menyadari penyebabnya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, penderita intoleransi laktosa dapat menyesuaikan pola makan mereka dan tetap menjaga asupan nutrisi yang seimbang.

Kesimpulannya, susu memang merupakan makanan yang luar biasa dalam hal kandungan nutrisinya, namun bagi sebagian orang, tantangan intoleransi laktosa harus dihadapi dengan bijak. Dengan memahami jenis intoleransi laktosa, gejalanya, serta solusi yang tersedia, individu yang terpengaruh dapat terus menikmati manfaat nutrisi susu tanpa mengalami efek samping yang mengganggu.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *