Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa 1,4-Dihydroxy-2-Napthoic Acid (DHNA), yang termasuk dalam modulasi selektif reseptor aril hidrokarbon (SAhRMs), memiliki potensi sebagai antidepresan, terutama pada tikus betina. Fakta ini menunjukkan kemungkinan interaksi antara SAhRMs dan jalur sinyal reseptor estrogen, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan kognisi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih jauh apakah efek DHNA dalam mengurangi gejala depresi dan stres kronis bersifat tergantung pada jenis kelamin.
Pada eksperimen ini, tikus C57BL/6N dibagi ke dalam kelompok yang menerima DHNA (20 mg/kg) dan kelompok kontrol selama tiga minggu, sebelum memasuki periode empat minggu stres kronis ringan tak terduga (UCMS). Serangkaian tes dilakukan untuk mengamati perilaku seperti depresi, keadaan emosional, dan fungsi kognitif pada tikus. Pada tikus betina, UCMS menurunkan preferensi terhadap larutan sukrosa (indikator anhedonia atau kehilangan minat) dan meningkatkan waktu imobilitas dalam tes renang paksa, yang keduanya dicegah oleh pemberian DHNA. Hasil ini menunjukkan efek antidepresan yang jelas dari DHNA pada tikus betina.
Sebaliknya, pada tikus jantan, meskipun UCMS meningkatkan waktu imobilitas dan keterlambatan dalam perilaku grooming, DHNA tidak menunjukkan efek antidepresan yang sama. Namun, DHNA terbukti mampu mencegah peningkatan reaktivitas terhadap lingkungan baru, seperti peningkatan aktivitas locomotor dalam tes paparan objek baru dan waktu yang dihabiskan di kompartemen terang pada tes terang/gelap. Temuan ini menunjukkan bahwa DHNA memiliki peran dalam mengurangi respons stres dan reaktivitas pada tikus jantan, meskipun tidak secara langsung menurunkan gejala depresi.
Penelitian ini menarik karena memperlihatkan adanya perbedaan respons berdasarkan jenis kelamin terhadap DHNA. Pada tikus betina, efek antidepresan dari DHNA sangat jelas, mendukung teori bahwa sinyal reseptor estrogen berperan dalam efek ini. Pada tikus jantan, meskipun tidak menunjukkan efek antidepresan klasik, DHNA tampak efektif dalam mengurangi reaktivitas terhadap stres, yang merupakan temuan penting dalam memahami mekanisme berbeda yang terlibat dalam pengelolaan stres berdasarkan jenis kelamin.
Dalam perspektif Teknologi Pangan, senyawa seperti DHNA yang dieksplorasi dalam penelitian ini dapat membuka peluang baru dalam pengembangan produk nutraceutical yang ditargetkan untuk manajemen kesehatan mental. Produk berbasis SAhRMs yang dirancang khusus untuk individu dengan kebutuhan kesehatan mental yang berbeda berdasarkan jenis kelamin berpotensi menjadi pendekatan baru dalam terapi berbasis makanan. Dengan meningkatnya minat terhadap produk fungsional yang mendukung kesehatan mental, temuan ini memberikan pandangan baru tentang bagaimana senyawa alami dapat berkontribusi pada pengelolaan depresi dan stres.
Penelitian ini juga memberikan wawasan penting bagi penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dalam merespons terapi antidepresan. Pengembangan suplemen makanan atau produk fungsional yang lebih efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang bagaimana faktor biologis, seperti jenis kelamin, memengaruhi efektivitas bahan aktif seperti DHNA.
Secara keseluruhan, DHNA menunjukkan potensi besar sebagai komponen antidepresan alami, terutama pada perempuan, sementara pada laki-laki senyawa ini lebih berfungsi dalam mengurangi stres dan reaktivitas. Ini membuka pintu bagi inovasi produk yang lebih spesifik dan dipersonalisasi dalam mendukung kesehatan mental berbasis pendekatan pangan.