Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Polisakarida jahe telah lama dikenal sebagai salah satu senyawa bioaktif yang memiliki berbagai manfaat kesehatan. Dalam penelitian terbaru, polisakarida jahe UGP1 dan UGP2 menunjukkan potensi yang signifikan dalam meningkatkan imunitas pada tikus yang mengalami imunosupresi akibat CTX (Cyclophosphamide), yaitu senyawa yang sering digunakan dalam kemoterapi. Hal ini memberikan prospek cerah bagi dunia pangan, khususnya dalam pengembangan bahan pangan fungsional yang dapat mendukung kesehatan manusia, terutama dalam aspek peningkatan imunitas dan kesehatan saluran cerna.
Penelitian ini menunjukkan bahwa polisakarida jahe mampu mengatasi berbagai gejala imunosupresi, seperti penurunan berat badan dan nafsu makan, serta melindungi organ-organ imun yang biasanya terpengaruh. Bagi seorang akademisi dalam bidang Teknologi Pangan, temuan ini sangat penting karena membuka peluang baru dalam pengembangan produk pangan yang tidak hanya berfungsi sebagai nutrisi dasar, tetapi juga memiliki fungsi terapeutik bagi kondisi tertentu, seperti pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun.
Salah satu mekanisme utama yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah kemampuan polisakarida jahe dalam meningkatkan sekresi sitokin seperti IL-2, IL-4, TNF-α, dan imunoglobulin Ig-G di serum tikus. Ini adalah komponen penting dalam respon imun tubuh. Bagi industri pangan, informasi ini bisa menjadi dasar dalam merancang produk yang mampu membantu meningkatkan respon imun tubuh, terutama bagi populasi yang rentan, seperti orang lanjut usia atau pasien yang sedang dalam pemulihan dari penyakit berat.
Selain itu, peran polisakarida jahe dalam menjaga kesehatan usus juga sangat menonjol. Dalam penelitian ini, polisakarida jahe terbukti mampu memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus, dengan meningkatkan populasi bakteri baik seperti Muribaculaceae, Bacteroidaceae, dan Lactobacillaceae. Kesehatan usus kini semakin diakui sebagai salah satu fondasi penting bagi kesehatan keseluruhan tubuh manusia. Sebagai seorang dosen di bidang Teknologi Pangan, hal ini sangat relevan karena pemahaman tentang bagaimana bahan alami seperti jahe dapat memodulasi mikrobiota usus memberikan panduan yang penting dalam merumuskan strategi pengembangan pangan fungsional yang dapat mendukung kesehatan saluran cerna.
Dari aspek teknologi pangan, implikasi dari penelitian ini sangat luas. Polisakarida jahe memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan dasar dalam produk pangan yang dapat diproduksi secara massal, baik dalam bentuk suplemen maupun sebagai bahan tambahan pada produk makanan seperti minuman kesehatan, sereal, atau makanan ringan. Selain itu, dengan meningkatnya tren global terhadap pangan fungsional, jahe dan produk turunannya memiliki peluang untuk bersaing di pasar internasional sebagai bahan pangan dengan manfaat kesehatan yang terbukti secara ilmiah.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perubahan komposisi mikrobiota usus, seperti peningkatan bakteri yang menguntungkan dan pengurangan bakteri patogen, memiliki dampak signifikan dalam mendukung fungsi imun. Hal ini semakin memperkuat argumen bahwa kesehatan usus sangat berkorelasi dengan fungsi imun tubuh secara keseluruhan. Dengan demikian, pengembangan produk pangan berbasis jahe yang ditargetkan untuk kesehatan usus dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam industri pangan.
Secara keseluruhan, polisakarida jahe memiliki prospek yang sangat menjanjikan sebagai bahan pangan fungsional maupun sebagai pengobatan alami. Bagi dunia akademis dan industri pangan, temuan ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan produk-produk inovatif yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan individu, tetapi juga mendukung kesehatan masyarakat secara luas.