Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam konteks pengembangan energi berkelanjutan, kuantifikasi dampak lingkungan melalui Life Cycle Assessment (LCA) menjadi hal yang sangat penting. Pendekatan ini memungkinkan kita untuk mengevaluasi potensi sistem bioenergi sebagai pengganti energi berbasis fosil. Salah satu teknologi bioenergi yang menarik adalah Py-ECH (pirolisis cepat lokal yang dikombinasikan dengan hidrogenasi elektrokatalitik dan diikuti dengan pengolahan hidroproses terpusat). Sistem Py-ECH menawarkan efisiensi karbon dan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kilang bioetanol selulosa tradisional, menjadikannya alternatif yang menjanjikan.
Sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, penting untuk memahami bahwa performa sistem bioenergi tidak hanya diukur dari seberapa efisien ia menghasilkan energi, tetapi juga dari dampak lingkungan yang dihasilkan. Dalam studi ini, dilakukan analisis siklus hidup (LCA) dari hulu hingga hilir (cradle-to-grave) untuk membandingkan performa Py-ECH dan fermentasi selulosa dalam tiga kategori utama: perubahan iklim, kelangkaan air, dan eutrofikasi. Hasilnya menunjukkan bahwa produksi hidrokarbon cair menggunakan Py-ECH memiliki potensi eutrofikasi yang jauh lebih rendah serta jejak kelangkaan air yang lebih kecil dibandingkan produksi etanol selulosa.
Salah satu temuan yang paling menarik adalah bahwa semakin besar penggunaan listrik terbarukan dalam proses Py-ECH, semakin rendah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Jika proporsi listrik terbarukan dalam grid mencapai lebih dari 87%, produksi hidrokarbon cair dengan Py-ECH dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah daripada produksi etanol selulosa. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan sistem Py-ECH dalam mengurangi emisi sangat bergantung pada seberapa besar kontribusi energi terbarukan dalam proses tersebut.
Dalam perspektif teknik sistem termal dan energi terbarukan, analisis sensitivitas yang dilakukan dalam studi ini memberikan wawasan penting mengenai peran besar sekuestrasi karbon tanah tahunan dalam menentukan emisi gas rumah kaca bersih di seluruh sistem. Ini adalah aspek yang sering kali terabaikan dalam banyak analisis energi terbarukan, tetapi memiliki dampak signifikan terhadap keberlanjutan sistem energi. Dengan kata lain, praktik pertanian dan pengelolaan lahan yang mendukung sekuestrasi karbon tanah dapat memberikan keuntungan lingkungan yang sangat besar ketika dikombinasikan dengan teknologi bioenergi seperti Py-ECH.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam mengevaluasi teknologi energi terbarukan. Tidak hanya teknologi itu sendiri yang penting, tetapi juga bagaimana ia berinteraksi dengan sistem alam yang lebih luas, termasuk tanah dan sumber daya air. Dengan efisiensi tinggi dan dampak lingkungan yang lebih rendah, Py-ECH memiliki potensi besar untuk menjadi solusi energi masa depan yang lebih ramah lingkungan, terutama dalam hal produksi bahan bakar cair yang bersih.
Selain itu, studi ini menekankan pentingnya elektrifikasi dan integrasi energi terbarukan dalam produksi bioenergi. Semakin besar penggunaan energi terbarukan dalam grid, semakin besar pula manfaat lingkungan yang dapat diperoleh dari teknologi seperti Py-ECH. Ini mencerminkan tren global menuju dekarbonisasi sektor energi, yang tentunya menjadi perhatian utama dalam pengembangan sistem energi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, Py-ECH memberikan peluang besar dalam menghasilkan bahan bakar cair dengan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan teknologi bioenergi tradisional. Dengan pemanfaatan listrik terbarukan yang maksimal dan pengelolaan sekuestrasi karbon tanah yang baik, teknologi ini dapat menjadi komponen penting dalam transisi menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di masa depan.