Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Penelitian ini menggali potensi limbah buah buriti, khususnya bagian biji dan kulitnya, sebagai sumber energi terbarukan yang menjanjikan melalui konversi termokimia. Dalam konteks transisi menuju energi bersih, biomassa menjadi salah satu alternatif terkuat untuk menggantikan bahan bakar fosil. Studi ini secara komprehensif menganalisis sifat fisikokimia dan kinerja limbah buriti untuk menghasilkan bioenergi, termasuk perilaku pirolisisnya yang diukur melalui berbagai teknik analitik seperti ultimate analysis, analisis kalorimetri, dan berbagai metode spektrum canggih.
Hasil analisis menunjukkan bahwa limbah buriti memiliki kadar abu yang rendah (< 3.2%) dan kadar air yang relatif sedikit (< 13.0%). Dengan nilai kalor tinggi (HHV) berkisar antara 16.11 hingga 20.61 MJ/kg, buriti menunjukkan potensi signifikan sebagai bahan baku bioenergi. Selain itu, kandungan nitrogen yang sangat rendah (< 1.2%) dan tidak terdeteksinya sulfur menjadikan limbah buriti ramah lingkungan, terutama dalam hal emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil. Faktor emisi karbon dioksida dan nitrogen oksida yang rendah juga menambah daya tarik biomassa ini sebagai solusi energi terbarukan.
Sifat fisikokimia dari limbah buriti, baik biji maupun kulitnya, sejalan dengan biomassa agroforestri dan agroindustri lainnya, menjadikannya kompetitif sebagai sumber energi alternatif. Lebih lanjut, indeks devolatilisasi (DI) yang diperoleh dari biji buriti (1.47) dan kulit buriti (5.27 × 10−8 mg min−1 °C−3) mengungkapkan perbedaan kinerja termal antara kedua bagian ini. Hal ini menunjukkan bahwa biji buriti, dengan sifat oleaginousnya, lebih cocok untuk proses pirolisis dibandingkan kulitnya, sementara kedua bagian tersebut menunjukkan kinerja luar biasa dalam pembakaran langsung.
Salah satu aspek yang patut diperhatikan adalah kandungan mineral dan logam yang dianalisis menggunakan ICP-OES. Dengan kandungan abu yang rendah, limbah buriti tidak hanya mampu berkontribusi terhadap energi terbarukan tetapi juga minim menghasilkan residu pasca-pembakaran. Ini adalah poin krusial mengingat pengelolaan abu dapat menjadi tantangan dalam penggunaan biomassa sebagai bahan bakar.
Sebagai seorang dosen dalam bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, penemuan ini sangat relevan untuk pengembangan teknologi energi berkelanjutan. Limbah buah buriti menawarkan potensi yang signifikan untuk menggantikan bahan bakar fosil dalam skala industri, khususnya dalam skenario penggunaan pirolisis dan pembakaran langsung. Dengan karakteristik seperti nilai kalor yang tinggi dan emisi gas yang rendah, limbah ini tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim.
Penggunaan limbah buah buriti sebagai bahan baku bioenergi juga mendukung upaya mewujudkan ekonomi sirkular, di mana limbah pertanian dan perkebunan diubah menjadi produk bernilai tinggi seperti energi. Ini sangat penting di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, terutama dalam pemanfaatan sumber daya lokal secara efisien. Dengan pendekatan ini, industri energi dapat bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan, sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dalam hal energi bersih dan aksi iklim.
Secara keseluruhan, penelitian ini membuka peluang besar bagi pemanfaatan limbah agroindustri sebagai sumber energi terbarukan. Dengan penerapan teknologi yang tepat, limbah buah buriti dapat menjadi solusi yang tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan. Adopsi teknologi termokimia seperti pirolisis untuk mengubah limbah ini menjadi bahan bakar berkualitas tinggi akan menjadi langkah penting dalam transisi menuju energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.