Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Perubahan iklim menjadi isu global yang mendesak, dan keberlanjutan pasokan energi memainkan peran penting dalam mitigasi dampaknya. Studi ini menyoroti pentingnya pasokan energi yang terdesentralisasi dengan memanfaatkan energi terbarukan di area perkotaan, serta bagaimana emisi CO2 yang dihasilkan dari proses tersebut dapat diolah menjadi biomassa produktif, seperti alga, melalui teknologi pemisahan membran. Pendekatan ini menawarkan solusi inovatif yang tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga mengubahnya menjadi produk bernilai ekonomi.
Teknologi pemisahan membran yang digunakan dalam studi ini berfungsi secara selektif untuk memisahkan CO2 dari sumber emisi desentralisasi. Dengan teknologi ini, emisi CO2 tidak lagi menjadi limbah yang merusak lingkungan, melainkan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam produksi biomassa alga. Teknologi membran selektif CO2 ini memungkinkan produksi biomassa yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan efisiensi sistem energi terbarukan yang digunakan.
Salah satu aspek kunci dari studi ini adalah pengamatan terhadap kinerja material membran selektif CO2 selama hampir satu dekade. Ini memberikan bukti yang kuat mengenai ketahanan dan kehandalan teknologi membran polimer dan modul membran. Sebagai dosen dalam bidang teknik sistem termal dan energi terbarukan, hal ini sangat signifikan karena masa operasi yang panjang menunjukkan bahwa teknologi ini layak digunakan untuk aplikasi jangka panjang di berbagai sektor industri yang memerlukan pengurangan emisi CO2.
Teknologi membran dalam konteks ini tidak hanya berperan sebagai solusi teknis untuk pengurangan CO2, tetapi juga sebagai penghubung antara energi terbarukan dan sektor biomassa. Dengan adanya produksi alga melalui pemanfaatan CO2, kita melihat potensi besar dalam mengembangkan model energi terdesentralisasi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Alga sebagai biomassa tidak hanya mampu menyerap CO2, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel, pakan ternak, atau produk farmasi, sehingga membuka jalan bagi integrasi yang lebih luas dalam ekonomi hijau.
Optimalisasi proses pemisahan CO2 melalui membran juga menjadi perhatian utama dalam studi ini. Dengan adanya bukti operabilitas teknologi selama hampir 10 tahun, penelitian ini membuka peluang bagi pengembangan lebih lanjut dalam memperluas aplikasi teknologi membran, termasuk dalam bidang industri lain yang juga menghasilkan emisi CO2. Ke depan, teknologi ini dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem energi terbarukan lainnya, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin, untuk menciptakan solusi energi yang lebih komprehensif.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan inovatif seperti penggunaan teknologi membran selektif CO2 dan produksi biomassa alga memiliki potensi besar dalam mendukung transisi menuju pasokan energi yang lebih berkelanjutan. Dengan menggabungkan teknologi ini dalam sistem energi terdesentralisasi, tidak hanya dapat mengurangi emisi karbon di perkotaan, tetapi juga meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam secara lebih efisien. Implementasi yang tepat dari teknologi ini akan menjadi langkah signifikan menuju mitigasi perubahan iklim dan pencapaian tujuan energi terbarukan di masa depan.