Perencanaan Energi Berbasis Komunitas: Praktik Terdepan dalam Urban Planning untuk Transisi Energi Berkelanjutan

Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Dalam beberapa tahun terakhir, perencanaan energi berbasis komunitas atau Community-Led Energy Planning (CLEP) telah menjadi tren yang semakin berkembang di ranah perencanaan kota. Perubahan ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta meningkatkan ketahanan energi di perkotaan. Artikel yang ditulis dalam jurnal TeMA: Journal of Land Use, Mobility, and Environment ini mengulas pentingnya hubungan antara perencanaan kota, mobilitas, dan lingkungan, dengan fokus pada praktik perencanaan energi berbasis komunitas. Sebagai dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat CLEP sebagai salah satu langkah krusial dalam mendukung transisi energi yang berkelanjutan dan tangguh, terutama di area perkotaan yang dinamis.

Perencanaan energi berbasis komunitas mengedepankan keterlibatan langsung masyarakat dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengelola sumber energi yang berkelanjutan. CLEP menggabungkan aspek sosial dan teknis dalam perencanaan energi, di mana komunitas lokal menjadi bagian integral dalam pengambilan keputusan terkait penyediaan energi. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya transisi energi, tetapi juga memberikan mereka kontrol lebih besar terhadap sumber daya energi yang digunakan di lingkungan mereka sendiri.

Makalah ini memberikan pandangan mendalam mengenai bagaimana praktik CLEP diimplementasikan di berbagai belahan dunia, mencatat berbagai keuntungan serta tantangan yang dihadapi. Salah satu keunggulan utama dari CLEP adalah kemampuannya untuk meningkatkan ketahanan energi di wilayah perkotaan, terutama di tengah krisis energi global. Dengan mengurangi ketergantungan pada jaringan energi yang terpusat dan mengandalkan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin yang dikelola oleh komunitas, CLEP memberikan fleksibilitas dan kemandirian energi yang lebih besar.

Namun, di balik keunggulan tersebut, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Koordinasi antar-stakeholder, termasuk pemerintah lokal, perusahaan energi, dan komunitas itu sendiri, sering kali menjadi kendala dalam implementasi CLEP. Selain itu, banyak komunitas yang masih kurang memahami aspek teknis dari manajemen energi, sehingga pendidikan dan pelatihan menjadi elemen penting dalam keberhasilan proyek-proyek ini. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang erat antara berbagai pihak untuk memastikan bahwa CLEP dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat jangka panjang.

Di dalam konteks perencanaan kota, kebijakan urban yang mendukung CLEP juga memainkan peran yang tidak kalah penting. Pemerintah kota perlu menyediakan kerangka regulasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan proyek energi terbarukan secara mandiri, serta memberi insentif untuk mempercepat adopsi teknologi energi bersih di lingkungan perkotaan. Artikel dalam jurnal TeMA menyoroti kebijakan-kebijakan terbaru yang telah berhasil mendorong penerapan CLEP di beberapa kota besar, sekaligus memberikan contoh-contoh konkrit mengenai bagaimana komunitas-komunitas tersebut telah berhasil membangun infrastruktur energi terbarukan mereka sendiri.

Selain itu, artikel ini juga membahas tentang pergerakan sosial yang mendukung pertumbuhan CLEP. Di banyak kota, pergerakan ini dipelopori oleh organisasi masyarakat yang peduli dengan perubahan iklim, yang terus mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam menjalankan kebijakan transisi energi. Mereka sering kali menjadi penghubung antara komunitas lokal dan pemerintah dalam menciptakan kesepahaman dan tujuan bersama terkait perencanaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Sebagai dosen yang menekuni bidang energi terbarukan, saya melihat bahwa CLEP memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap energi di perkotaan, terutama dengan adanya dukungan teknologi seperti smart grids dan sistem penyimpanan energi. Dengan komunitas yang berperan aktif, kita dapat menciptakan model energi yang lebih desentralisasi, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih tangguh terhadap guncangan ekonomi dan politik.

Kesimpulannya, makalah ini memberikan kontribusi yang berharga bagi diskusi tentang transisi energi di perkotaan, dengan menyoroti pentingnya peran komunitas dalam perencanaan energi. Perencanaan energi berbasis komunitas tidak hanya memungkinkan masyarakat untuk memiliki kendali lebih besar terhadap sumber energi mereka, tetapi juga dapat mempercepat transisi menuju energi terbarukan yang lebih berkelanjutan di masa depan. Ini adalah salah satu langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan serta berkelanjutan.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *