Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Penggunaan energi terbarukan semakin mendominasi pembicaraan global terkait keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon. Dalam konteks ini, studi penggantian pembangkit berbasis diesel dengan sistem hibrida energi terbarukan di Algeria menjadi sangat relevan, terutama bagi wilayah selatan negara tersebut. Potensi energi terbarukan di wilayah ini luar biasa, khususnya energi angin dan matahari. Dengan kecepatan angin yang mencapai 4 hingga 6 m/s dan densitas energi angin sebesar 280 Watt/m² per hari, wilayah ini mampu menghasilkan energi angin yang signifikan. Sementara itu, potensi matahari juga tidak kalah penting, dengan durasi sinar matahari rata-rata lebih dari 11 jam per hari, memberikan peluang besar untuk mengoptimalkan produksi energi surya.
Penggunaan sistem penyimpanan berbasis baterai untuk mengatasi fluktuasi sumber energi dan beban merupakan langkah strategis yang cerdas. Dalam sebuah sistem hibrida, energi terbarukan sering kali mengalami ketidakpastian, baik dari sisi sumber (angin dan matahari) maupun permintaan energi. Dengan adanya baterai, energi yang dihasilkan dari angin dan matahari dapat disimpan dan digunakan saat dibutuhkan, memastikan ketersediaan daya yang stabil dan andal.
Penerapan algoritma genetika untuk menyesuaikan ukuran sistem hibrida ini juga patut diapresiasi. Algoritma genetika, yang sering digunakan dalam optimasi kompleks, memberikan pendekatan yang fleksibel dan efisien dalam menemukan solusi optimal untuk pengaturan sistem energi. Penggunaan optimtool dalam studi ini memperlihatkan bagaimana simulasi dapat dilakukan untuk mendapatkan ukuran komponen sistem yang paling efisien dari segi biaya dan performa. Ini sangat penting dalam memastikan bahwa investasi awal dalam infrastruktur energi terbarukan dapat dimaksimalkan.
Dengan biaya listrik yang distandarisasi sebesar $0.262/kWh, studi ini menunjukkan bahwa energi terbarukan dapat bersaing dengan sumber energi konvensional, terutama jika diterapkan dalam skala besar. Ini merupakan langkah yang sangat penting, terutama bagi negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi karbon secara signifikan. Jika proyek ini berhasil, ini bisa menjadi model yang diadopsi di berbagai negara berkembang lainnya yang memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah.
Tingkat Loss of Power Supply Probability (LPSP) atau tingkat ketidakpuasan pelanggan sebesar 1.2545% juga berada dalam batas standar, menunjukkan bahwa sistem hibrida ini mampu menyediakan pasokan energi yang andal. LPSP adalah indikator penting dalam menilai kehandalan suatu sistem energi, dan angka ini memperlihatkan bahwa meskipun menggunakan sumber energi terbarukan yang fluktuatif, sistem ini tetap dapat memenuhi kebutuhan energi tanpa gangguan yang signifikan.
Kesimpulannya, studi ini memberikan wawasan berharga mengenai bagaimana sistem hibrida berbasis energi terbarukan dapat diterapkan di wilayah dengan potensi energi yang besar seperti selatan Algeria. Dengan memanfaatkan angin dan matahari secara optimal, ditambah dengan teknologi penyimpanan energi dan optimasi yang tepat, wilayah ini berpotensi untuk berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap ketahanan energi nasional.