Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam menghadapi tantangan energi global dan dampak lingkungan yang semakin parah, pengembangan energi terbarukan menjadi sangat penting. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah penggunaan jalan surya, yang tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur transportasi tetapi juga sebagai sumber energi terbarukan. Meskipun konsep ini menjanjikan, penelitian mengenai kinerja struktural dari paving fotovoltaik (PV) masih tergolong minim, terutama dalam hal desain sambungan antar unit paving. Penelitian ini berupaya mengisi kekosongan tersebut dengan mengusulkan dua desain sambungan untuk paving terintegrasi fotovoltaik/thermal (PIPVT).
Desain sambungan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sambungan dowel bar dan sambungan tongue-and-groove. Kedua desain ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal transfer beban, yang merupakan faktor penting dalam memastikan daya tahan dan kinerja paving. Dengan menggunakan simulasi ABAQUS, peneliti dapat menganalisis dan membandingkan kapasitas transfer beban dari kedua desain sambungan tersebut. Hasil simulasi menunjukkan bahwa posisi beban yang paling tidak menguntungkan dapat diidentifikasi, memberikan wawasan yang berharga untuk perancangan infrastruktur yang lebih baik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien transfer beban untuk sambungan dowel bar adalah 75,7%, yang dikategorikan sebagai sedang. Sementara itu, sambungan tongue-and-groove menunjukkan koefisien transfer beban yang lebih tinggi, yaitu 88,9%, dan dikategorikan sebagai sangat baik. Temuan ini menunjukkan bahwa sambungan tongue-and-groove lebih efisien dalam mendistribusikan beban, yang dapat berkontribusi pada umur panjang dan keandalan paving fotovoltaik.
Rekomendasi untuk menggunakan desain sambungan tongue-and-groove sangat relevan, terutama dalam konteks aplikasi jalan surya yang harus menahan beban lalu lintas yang bervariasi. Desain ini tidak hanya meningkatkan kinerja struktural tetapi juga dapat mengurangi risiko kerusakan pada unit paving, yang pada gilirannya dapat mengoptimalkan produksi energi dari panel fotovoltaik yang terintegrasi. Dengan demikian, pemilihan desain sambungan yang tepat menjadi kunci dalam pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang berkelanjutan.
Selain itu, penelitian ini juga membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam desain dan material paving. Dengan kemajuan teknologi material, penggunaan bahan yang lebih ringan dan kuat dapat meningkatkan efisiensi dan daya tahan paving fotovoltaik. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada pengujian berbagai material dan desain sambungan untuk menemukan solusi yang paling optimal dalam konteks jalan surya.
Dalam kesimpulannya, inovasi jalan surya dengan desain sambungan yang efisien merupakan langkah penting dalam pengembangan energi terbarukan. Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pemahaman teknis mengenai kinerja struktural paving fotovoltaik, tetapi juga mendorong adopsi teknologi yang lebih ramah lingkungan. Dengan terus melakukan penelitian dan pengembangan di bidang ini, kita dapat menciptakan infrastruktur yang tidak hanya memenuhi kebutuhan energi saat ini tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan di masa depan.
Akhir kata, sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya sangat mengapresiasi upaya penelitian ini. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pengembangan lebih lanjut dalam desain dan implementasi jalan surya, serta mendorong kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam menciptakan solusi energi yang inovatif dan berkelanjutan.