Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam konteks transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan, pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan semakin mendominasi. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan pembangkit listrik kombinasi panas dan listrik (CHP) sebagai strategi manajemen variasi dalam sistem energi. Penelitian ini menyoroti pentingnya fleksibilitas pembangkit CHP dalam menghadapi tantangan variasi pasokan energi terbarukan, serta dampaknya terhadap biaya dan daya saing operasional pembangkit tersebut.
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa investasi dalam pembangkit CHP lebih banyak didasarkan pada permintaan untuk pemanasan distrik daripada untuk penyediaan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas pembangkit CHP sering kali tidak cukup besar untuk mengatasi variasi dalam sistem listrik, yang dapat mengakibatkan dampak yang lemah terhadap total biaya sistem dalam penyediaan listrik dan pemanasan distrik. Dengan kata lain, meskipun pembangkit CHP memiliki potensi untuk berkontribusi dalam manajemen variasi, kapasitas yang ada saat ini mungkin tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara efektif.
Namun, fleksibilitas operasional pembangkit CHP dapat meningkatkan daya saingnya, terutama dalam skenario di mana sistem energi memiliki fleksibilitas yang rendah, seperti ketika ketersediaan energi hidro rendah atau tidak adanya penyimpanan energi termal. Dalam kondisi ini, pembangkit CHP dapat berfungsi sebagai sumber daya yang lebih berharga, membantu menstabilkan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan. Ini menunjukkan bahwa meskipun kapasitas pembangkit CHP mungkin kecil, perannya dalam sistem energi yang lebih luas tetap signifikan.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa meskipun pemanasan distrik merupakan produk utama dari pembangkit CHP, pasokan listrik yang dapat diandalkan juga memiliki nilai tinggi. Sekitar 60% dari pendapatan tahunan pembangkit CHP berasal dari penyediaan listrik, yang menunjukkan bahwa ada potensi untuk memaksimalkan pendapatan melalui pengelolaan yang lebih baik terhadap fleksibilitas operasional. Ini membuka peluang bagi pengembangan model bisnis baru yang dapat memanfaatkan kedua produk ini secara bersamaan.
Fleksibilitas operasional dari boiler dalam pembangkit CHP ternyata lebih berharga dibandingkan dengan rasio daya-uap yang fleksibel. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi dalam pengoperasian boiler dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap kinerja ekonomi pembangkit. Oleh karena itu, penelitian ini mendorong pengembangan teknologi dan strategi yang dapat meningkatkan fleksibilitas operasional, sehingga pembangkit CHP dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap fluktuasi permintaan dan pasokan energi.
Dalam konteks kebijakan energi, hasil penelitian ini memberikan wawasan penting bagi pengambil keputusan. Investasi dalam pembangkit CHP harus mempertimbangkan tidak hanya permintaan pemanasan distrik, tetapi juga potensi kontribusi terhadap penyediaan listrik. Dengan memahami dinamika ini, kebijakan dapat dirancang untuk mendorong investasi yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam infrastruktur energi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pembangkit CHP dalam sistem energi terbarukan. Dengan memanfaatkan fleksibilitas operasional dan mengoptimalkan kapasitas yang ada, pembangkit CHP dapat berperan penting dalam transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan dan efisien. Ini adalah langkah penting dalam mencapai tujuan keberlanjutan global dan memastikan keamanan pasokan energi di masa depan.