Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam upaya mencapai netralitas karbon di Eropa pada tahun 2050, sektor bangunan menjadi fokus utama karena merupakan sektor penggunaan energi terbesar. Baik bangunan residensial maupun non-residensial berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon, sehingga dekarbonisasi sektor ini menjadi sangat penting. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa elemen kunci perlu diperhatikan, termasuk memaksimalkan produksi energi lokal dari berbagai teknologi energi terbarukan, mencocokkan aliran permintaan dan pasokan energi lokal, serta mengurangi biaya modal teknologi di tingkat bangunan.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk merancang sistem energi yang efisien adalah penggunaan model stokastik dua tahap. Model ini memungkinkan perencanaan yang lebih baik dengan mempertimbangkan ketidakpastian dalam keputusan desain dan operasi. Pada tahap pertama, keputusan mengenai sintesis dan desain sistem diambil, sedangkan pada tahap kedua, keputusan operasional ditangani. Pendekatan ini sangat relevan dalam konteks bangunan yang memerlukan integrasi berbagai teknologi energi terbarukan, baik yang sudah mapan maupun yang masih dalam tahap pengembangan.
Dalam penelitian ini, sistem terintegrasi untuk lingkungan bangunan mencakup teknologi energi terbarukan yang kurang matang, seperti unit pembangkit listrik mikro berbasis biogas, turbin angin sumbu vertikal dengan geometri variabel, dan penyimpanan panas laten. Meskipun teknologi ini memiliki tingkat kesiapan yang rendah, optimasi desain dilakukan dengan mempertimbangkan biaya investasi dan harga biogas sebagai parameter yang tidak pasti. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi baru mungkin memiliki risiko, potensi manfaatnya dalam mengurangi emisi dan biaya operasional sangat besar.
Bangunan yang dijadikan referensi dalam studi ini adalah Energy Center, sebuah bangunan tersier yang terletak di Turin, Italia. Dengan menerapkan metodologi yang diusulkan, peneliti dapat menentukan apakah integrasi teknologi baru ini dapat menghasilkan pengurangan biaya dan emisi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa teknologi inovatif terpilih untuk desain optimal, dengan pengurangan biaya hingga 35% dan pengurangan emisi hingga 27%. Ini adalah pencapaian yang signifikan dan menunjukkan potensi besar dari teknologi terbarukan dalam mendukung tujuan keberlanjutan.
Penting untuk dicatat bahwa pengurangan biaya dan emisi tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing bangunan di pasar. Dengan semakin ketatnya regulasi terkait emisi karbon, bangunan yang menerapkan teknologi energi terbarukan akan memiliki keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, investasi dalam teknologi inovatif ini tidak hanya merupakan langkah menuju keberlanjutan, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal penerimaan teknologi baru di pasar. Diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk mendorong adopsi teknologi ini. Edukasi dan pelatihan bagi para profesional di bidang teknik sistem termal dan energi terbarukan juga sangat penting untuk memastikan bahwa mereka siap menghadapi tantangan yang ada.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana inovasi dalam sistem energi terbarukan dapat berkontribusi pada dekarbonisasi bangunan. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, kita dapat berharap untuk melihat transformasi signifikan dalam sektor bangunan menuju karbon netral, yang pada gilirannya akan mendukung upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.