Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Pertanian merupakan sumber utama pangan bagi umat manusia, namun di balik itu, penggunaan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin pertanian berkontribusi besar terhadap emisi karbon dan mempercepat perubahan iklim. Dalam konteks ini, penting untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Energi terbarukan, seperti biofuel, energi surya, biomassa, angin, geotermal, hidro skala kecil, dan energi gelombang, menawarkan alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh pertanian konvensional.
Biofuel, sebagai salah satu bentuk energi terbarukan, dianggap sebagai alternatif yang rendah emisi karbon dibandingkan dengan bahan bakar konvensional. Penggunaan biofuel tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga meminimalkan dampak negatif yang terkait dengan transportasi. Namun, untuk memastikan bahwa produk rendah karbon ini benar-benar berkontribusi pada pengurangan emisi, analisis mendalam mengenai emisi GHG dan jejak karbon (CF) dari setiap produk perlu dilakukan. Saat ini, pengukuran jejak karbon menjadi indikator utama dampak lingkungan, dan permintaan untuk perhitungan ini semakin meningkat.
Sektor pertanian dapat meraih banyak manfaat dari penggunaan sumber daya terbarukan. Pengukuran jejak karbon memiliki potensi untuk menilai dan membandingkan emisi karbon yang dihasilkan oleh produk pertanian, serta mengidentifikasi titik-titik yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar alternatif dapat secara signifikan mengurangi konsumsi bahan bakar tradisional, yang pada gilirannya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Bioenergi tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga membawa keuntungan sosial-ekonomi dan teknis yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) PBB. Salah satu tujuan yang sangat penting adalah mengakhiri malnutrisi dan kelaparan (SDG 2), yang memerlukan sistem produksi pangan yang berkelanjutan serta praktik pertanian yang tangguh untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pendapatan dari proyek bioenergi dapat memberikan pangan dan diet yang lebih baik bagi komunitas pertanian kecil, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami berbagai generasi biofuel dan perannya dalam mencapai karbon netral. Setiap generasi biofuel memiliki karakteristik dan aplikasi yang berbeda, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik sektor pertanian. Diskusi mengenai dampak biofuel terhadap lingkungan, aplikasi dalam pertanian, serta batasan-batasan yang ada juga sangat penting untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai potensi dan tantangan yang dihadapi.
Sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya percaya bahwa integrasi energi terbarukan dalam sektor pertanian bukan hanya sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi yang ada, kita dapat mengurangi jejak karbon pertanian, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dalam kesimpulannya, pergeseran menuju penggunaan biofuel dan sumber energi terbarukan lainnya dalam pertanian tidak hanya akan membantu mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan petani sangat penting untuk mengembangkan dan menerapkan solusi yang berkelanjutan dalam sektor pertanian, demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.