Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penyimpanan pangan yang cepat rusak, seperti buah, sayuran, daging, dan produk susu, menjadi tantangan utama bagi para pengecer. Produk ini biasanya disimpan dalam lemari pendingin yang dirancang untuk menjaga suhu tetap stabil. Namun, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah pengeringan berlebihan akibat udara dingin yang mengalir terus menerus. Penggunaan pendingin udara untuk menurunkan suhu sering kali mengeringkan udara di sekitar, sehingga makanan yang disimpan kehilangan kelembaban. Kehilangan air ini dapat berdampak buruk pada tekstur, struktur, dan penampilan produk, yang pada akhirnya menurunkan kualitas dan menyebabkan kerugian yang signifikan.
Air sebagai medium pelarut dan penyebar memiliki peran penting dalam menjaga konsistensi dan tampilan makanan selama penyimpanan. Namun, menjaga keseimbangan kelembaban menjadi kunci, karena terlalu banyak kelembaban juga dapat memberikan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur yang merusak kualitas makanan. Di sinilah pentingnya teknologi penyimpanan yang tidak hanya mengontrol suhu, tetapi juga kelembaban udara untuk meminimalkan risiko kerusakan baik dari pengeringan berlebihan maupun kelembaban berlebih.
Dalam penelitian yang dilakukan, teknologi pengendalian kelembaban dalam unit pendingin diuji efektivitasnya dalam menyimpan berbagai kategori makanan di lemari pendingin. Penelitian ini memonitor dan membandingkan kerugian yang disebabkan oleh produk yang rusak, termasuk produk yang dianggap “cacat” serta kerugian yang tidak dapat dihindari akibat penyusutan berlebih. Dengan adanya pengendalian kelembaban, diharapkan dapat mengurangi jumlah produk yang rusak dan menurunkan biaya kerugian terkait penyusutan yang dihadapi pengecer.
Sebagai dosen di bidang Teknologi Pangan, penelitian ini sangat relevan dengan kebutuhan industri ritel modern yang ingin memaksimalkan efisiensi penyimpanan pangan sekaligus menjaga kualitas produk. Penggunaan unit pendingin dengan kontrol kelembaban dapat memberikan solusi yang lebih baik dibandingkan dengan teknologi penyimpanan konvensional yang hanya mengandalkan kontrol suhu. Teknologi ini tidak hanya mengurangi kerusakan fisik pada makanan, seperti perubahan tekstur dan tampilan, tetapi juga membantu menjaga kualitas sensorik dan gizi produk.
Kelembaban yang terkontrol dengan baik tidak hanya bermanfaat untuk menjaga kualitas produk, tetapi juga dapat berdampak pada efisiensi ekonomi bagi pengecer. Penurunan tingkat kerusakan dan penyusutan produk yang disebabkan oleh pengeringan berlebihan dapat mengurangi biaya kerugian yang harus ditanggung pengecer. Selain itu, dengan kualitas produk yang lebih terjaga, pengecer dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan mempertahankan reputasi kualitas produk segar yang dijual.
Selain dari segi ekonomi, teknologi pengendalian kelembaban juga berkontribusi pada upaya keberlanjutan. Dengan mengurangi kerugian makanan yang rusak, teknologi ini mendukung pengurangan limbah pangan, yang merupakan masalah global saat ini. Limbah pangan tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga pada lingkungan, terutama dalam hal penggunaan sumber daya dan energi yang digunakan untuk memproduksi, mendistribusikan, dan menyimpan pangan.
Secara keseluruhan, penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan lebih lanjut dalam teknologi penyimpanan pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Sebagai dosen Teknologi Pangan, saya melihat bahwa inovasi ini sangat penting untuk diimplementasikan dalam skala yang lebih luas, baik dalam konteks industri ritel maupun dalam penyimpanan pangan di tingkat konsumen. Pengendalian kelembaban, bersama dengan pengendalian suhu yang tepat, akan menjadi kunci dalam menjaga kualitas pangan dan mengurangi kerugian pada produk mudah rusak di masa depan.