Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Dalam industri pangan yang semakin berkembang, pengeringan cacing kuning (mealworm) menjadi fokus perhatian petani dan pengolah untuk mempertahankan kualitas serta kandungan nutrisi. Cacing kuning, yang kaya akan protein dan asam amino esensial, memiliki potensi besar sebagai sumber pangan alternatif. Namun, tantangan yang dihadapi adalah tingginya biaya energi yang diperlukan untuk proses pengeringan, terutama bagi petani kecil yang biasanya mengandalkan metode tradisional.
Penelitian ini mengeksplorasi berbagai metode pengeringan—pengeringan sinar matahari, oven, dan pembekuan—untuk menentukan dampaknya terhadap komposisi kimia cacing kuning. Hasil menunjukkan bahwa kadar protein kasar pada cacing yang dikeringkan dengan oven dan pembekuan hampir serupa dan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan sinar matahari. Ini menunjukkan bahwa kedua metode ini dapat menjadi pilihan yang baik untuk mempertahankan kualitas protein tanpa mengorbankan nutrisi.
Meski demikian, pengeringan sinar matahari menghasilkan kandungan asam amino esensial yang lebih tinggi, meskipun dengan warna yang lebih pucat dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini menyoroti pentingnya tidak hanya mempertimbangkan komposisi kimia tetapi juga aspek visual yang dapat mempengaruhi daya tarik produk akhir di pasar. Warna yang lebih cerah dari cacing yang dikeringkan dengan oven dan pembekuan dapat meningkatkan persepsi konsumen terhadap kualitas.
Dari segi lemak, cacing kuning yang dikeringkan dengan sinar matahari menunjukkan kandungan yang lebih tinggi dibandingkan metode lainnya, sementara proporsi asam lemak jenuh dan tak jenuh tetap serupa di semua metode. Temuan ini membuka peluang untuk penggunaan cacing kuning sebagai bahan baku pakan dan produk pangan, dengan mempertahankan sifat nutrisi yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengeringan sinar matahari dapat memberikan komposisi nutrisi yang sebanding dengan metode oven dan pembekuan, meskipun ada perbedaan dalam aspek warna. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan teknologi pengeringan yang terjangkau dan mudah diterapkan oleh petani kecil, sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi cacing kuning sebagai sumber pangan yang berkelanjutan.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya sumber pangan yang berkelanjutan dan bergizi, penelitian ini menjadi langkah awal yang penting dalam pengembangan metode pengeringan yang efisien untuk cacing kuning. Ke depan, kolaborasi antara peneliti, petani, dan industri dapat mengarah pada inovasi yang lebih besar dalam pengolahan dan pemasaran cacing kuning.