Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Dalam beberapa tahun terakhir, bionanoteknologi laut telah muncul sebagai bidang yang menjanjikan, dengan inovasi yang tidak hanya berdampak pada kesehatan dan kedokteran, tetapi juga memiliki potensi besar dalam industri pangan. Banyak organisme laut, seperti alga, bakteri, dan hewan, mampu bertahan di lingkungan ekstrem dan memproduksi beragam metabolit sekunder, termasuk protein, flavonoid, dan polisakarida. Metabolit ini menawarkan keuntungan unik yang dapat digunakan dalam sintesis nanopartikel (NP) yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk aplikasi dalam teknologi pangan.
Nanopartikel yang dihasilkan oleh organisme laut, seperti perak (Ag), emas (Au), dan oksida logam, dapat disintesis melalui dua cara: ekstraseluler dan intraseluler. Proses biosintesis ini memungkinkan penciptaan NP dengan karakteristik yang diinginkan, seperti ukuran, bentuk, dan stabilitas. Selain itu, karakterisasi NP dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, termasuk spektroskopi UV-visible dan mikroskop elektron. Hasil karakterisasi ini penting untuk memahami sifat fisik dan kimia NP yang dihasilkan.
Dalam konteks teknologi pangan, NP yang dihasilkan dari organisme laut dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami, agen antimikroba, atau bahkan dalam pengemasan makanan. Penggunaan NP dapat meningkatkan umur simpan produk makanan dan mempertahankan kualitasnya. Selain itu, sifat bioaktif dari ekstrak laut juga dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan bagi konsumen, seperti efek anti-inflamasi dan antioksidan.
Namun, meskipun potensi besar dari bionanoteknologi laut, tantangan masih ada. Pengembangan proses produksi yang efisien dan ekonomis serta pengujian keamanan untuk aplikasi pangan dan kesehatan perlu dilakukan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami interaksi antara NP dan komponen makanan serta dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Dengan demikian, bionanoteknologi laut tidak hanya membuka peluang baru dalam pengembangan produk pangan yang lebih aman dan berkualitas, tetapi juga menciptakan langkah inovatif dalam meningkatkan keberlanjutan industri pangan. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diintegrasikan ke dalam praktik industri, mendorong produksi pangan yang lebih ramah lingkungan dan bernutrisi.
Akhirnya, dengan semakin banyaknya penelitian yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut, kita dapat berharap akan muncul lebih banyak inovasi dalam teknologi pangan yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga memberikan nilai tambah bagi kesehatan masyarakat. Ke depan, kolaborasi antara ilmuwan, industri, dan pembuat kebijakan sangat penting untuk merealisasikan potensi penuh dari bionanoteknologi laut dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan global.