Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penggunaan aditif dan pengawet makanan telah menjadi elemen kunci dalam industri pangan modern. Penambahan zat-zat ini secara sengaja dalam jumlah kecil bertujuan untuk memberikan fungsi teknologi atau sensorik tertentu, seperti memperpanjang umur simpan, memperbaiki warna, menjaga cita rasa dan kualitas makanan, serta meningkatkan nilai gizi. Fungsi-fungsi ini sangat penting dalam memastikan bahwa makanan tetap aman dikonsumsi dan tetap menarik bagi konsumen selama proses penyimpanan. Dalam banyak hal, aditif makanan memainkan peran besar dalam meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi distribusi pangan di pasar global.
Meskipun demikian, penggunaan aditif sintetis sering kali menimbulkan kekhawatiran terkait dampak kesehatan dan keselamatan konsumen. Ada beberapa senyawa yang diketahui dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sehingga hal ini mengarah pada pencarian alternatif yang lebih alami dan aman. Salah satu tren yang berkembang adalah pemanfaatan senyawa-senyawa alami seperti fitokimia dan minyak esensial tanaman sebagai antioksidan dan pengawet alami. Tren ini mencerminkan pergeseran pola pikir industri pangan menuju produk yang lebih alami, sejalan dengan permintaan konsumen yang semakin peduli terhadap kesehatan.
Pemanfaatan nanopartikel logam sebagai agen antimikroba juga merupakan inovasi signifikan dalam bidang teknologi pangan. Nanopartikel seperti perak, emas, dan seng telah terbukti memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam produk makanan. Teknologi ini menawarkan keunggulan dalam efektivitas, karena partikel nano memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga berinteraksi lebih cepat dan efektif dengan mikroorganisme. Namun, tantangan yang dihadapi adalah keamanan penggunaan nanopartikel dalam makanan, mengingat potensi risiko kesehatan yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Salah satu inovasi paling menarik yang muncul dari perkembangan ini adalah teknologi nanoencapsulation. Dengan teknologi ini, bahan-bahan pengawet atau aditif alami dapat dikemas dalam partikel nano, memungkinkan pengawetan atau pelepasan zat secara terkontrol dalam makanan. Nanoencapsulation memungkinkan bahan-bahan aktif tersebut bertahan lebih lama dan bekerja lebih efisien, tanpa mempengaruhi rasa atau tekstur produk. Teknologi ini sangat menjanjikan untuk memperpanjang umur simpan makanan tanpa harus menambah zat kimia sintetis dalam jumlah besar.
Selain itu, nanoencapsulation juga mendukung pemanfaatan bahan alami yang mungkin sebelumnya tidak stabil atau cepat terdegradasi. Dengan pelapisan partikel nano, senyawa seperti minyak esensial atau ekstrak tanaman dapat berfungsi lebih optimal sebagai pengawet alami. Teknologi ini juga membuka peluang untuk menggabungkan beberapa fungsi sekaligus, seperti meningkatkan nutrisi sekaligus melindungi makanan dari kontaminasi mikroba.
Dalam konteks penentuan aditif makanan, berbagai teknik analitis telah digunakan untuk memastikan keamanan dan efektivitas aditif yang digunakan. Pengembangan metode yang akurat untuk mendeteksi keberadaan dan kadar aditif menjadi penting, mengingat regulasi yang semakin ketat di banyak negara. Berbagai teknik analisis seperti kromatografi dan spektrometri massa telah menjadi alat penting dalam memastikan bahwa aditif yang digunakan sesuai dengan standar keamanan pangan.
Secara keseluruhan, kemajuan dalam pengembangan aditif dan pengawet makanan mencerminkan betapa dinamisnya industri pangan saat ini. Dari penggunaan bahan-bahan konvensional hingga inovasi berbasis teknologi nano, peluang untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pangan terus berkembang. Ini adalah saat yang menarik bagi industri pangan, dengan semakin banyak pilihan yang tersedia untuk menjawab kebutuhan konsumen akan produk yang lebih alami dan aman, sambil tetap mempertahankan fungsionalitas dan umur simpan yang optimal.