Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Astragalus membranaceus, tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok, telah lama dikenal melalui penggunaan akar sebagai bahan obat. Namun, daun dari tanaman ini sering kali tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan di lahan, menimbulkan limbah dan berpotensi mencemari lingkungan. Dalam rangka mengurangi pemborosan sumber daya ini, penelitian terbaru telah mengeksplorasi daun dari tanaman Astragalus membranaceus dengan mengolahnya menjadi teh melalui teknologi pemrosesan teh hijau. Penelitian ini mengkaji kandungan bioaktif, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antibakteri dari teh daun (Leaf Tea/LT), daun kering (Dry Leaves/DL), serta membandingkannya dengan akar kering (Dry Roots/DR) dari tanaman tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kandungan polisakarida dalam akar kering (DR) lebih tinggi dibandingkan dengan daun kering (DL) dan teh daun (LT), yakni sekitar dua kali lipat, daun justru unggul dalam beberapa aspek lain. Daun kering (DL) dan teh daun (LT) mengandung lebih banyak ekstrak larut air (WSE) dan ekstrak larut etanol (ESE), serta memiliki kandungan total flavonoid (TFC) dan fenolik total (TPC) yang jauh lebih tinggi. Secara rinci, DL mengandung 36,85% lebih banyak WSE, 35,09% lebih banyak ESE, dan 409,63% lebih banyak TFC daripada DR. Hal serupa juga berlaku untuk LT, yang mengandung 26,21% lebih banyak WSE, 40,64% lebih banyak ESE, serta 326,93% lebih banyak TFC dibandingkan DR.
Keunggulan lainnya dari DL dan LT adalah pada kandungan asam amino total (AA), di mana DL mengandung 24,18% dan LT mengandung 28,96%, hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan akar kering (DR) yang hanya memiliki 8,89%. Hal ini menunjukkan bahwa daun Astragalus membranaceus, baik dalam bentuk teh maupun kering, lebih kaya akan senyawa bioaktif dibandingkan akarnya yang sering dijadikan bahan utama dalam pengobatan tradisional.
Aktivitas antioksidan dari DL dan LT juga terbukti jauh lebih tinggi dibandingkan DR, bahkan mendekati atau sebanding dengan aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh Vitamin C (VC), yang merupakan standar antioksidan alami yang sangat kuat. Ketika konsentrasi optimal tercapai, aktivitas antioksidan dari daun ini bahkan lebih kuat, menjadikan DL dan LT sebagai sumber antioksidan alami yang potensial untuk menangkal radikal bebas dan menjaga kesehatan tubuh.
Dari segi aktivitas antibakteri, teh daun (LT) menunjukkan kemampuan yang mengesankan dalam melawan berbagai jenis bakteri seperti Salmonella, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan ragi, serta efektif melawan hampir semua jenis strain bakteri yang diuji, kecuali Aspergillus niger. Sementara itu, DL dan DR juga menunjukkan efektivitas melawan bakteri-bakteri tersebut, kecuali terhadap Staphylococcus aureus dan Aspergillus niger.
Kesimpulan dari penelitian ini menekankan bahwa daun Astragalus membranaceus, yang sering kali diabaikan, ternyata memiliki potensi yang besar dalam industri pangan dan kesehatan. Dengan kandungan bioaktif yang lebih tinggi, aktivitas antioksidan yang lebih kuat, serta kemampuan antibakteri yang lebih luas, teh daun (LT) maupun daun kering (DL) dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan fungsional yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomi tinggi.
Pemrosesan daun menjadi teh tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga merupakan langkah bijak dalam memanfaatkan limbah pertanian yang selama ini terbuang. Oleh karena itu, inovasi ini merupakan solusi yang tepat untuk meminimalkan pencemaran lingkungan sekaligus memaksimalkan kandungan bioaktif dari tanaman Astragalus membranaceus, memberikan manfaat kesehatan tambahan bagi konsumen, serta mendukung keberlanjutan industri pangan.