Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Jeruk manis dan jeruk pahit merupakan dua jenis buah yang sangat penting dalam industri buah global dengan total produksi mencapai 75,4 juta ton per tahun. Selain memiliki karakteristik sensorik yang khas, kedua jenis jeruk ini kaya akan komponen bioaktif yang sangat bernilai, memberikan manfaat gizi dan terapeutik yang beragam. Fitokimia yang terkandung dalam jeruk manis dan jeruk pahit menunjukkan perbedaan kualitatif dan kuantitatif yang signifikan, yang menjadikannya sebagai agen terapeutik potensial dengan manfaat spesifik masing-masing.
Jeruk manis, dengan kandungan fitokimia yang melimpah, telah terbukti memiliki aplikasi terapeutik yang efektif, terutama dalam pengobatan diabetes, obesitas, dan penurunan kadar kolesterol. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi jeruk manis dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mencegah dan mengelola gangguan metabolik yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan masyarakat modern. Sifat anti-diabetes dan hipokolesterolemik jeruk manis membuatnya menjadi komponen yang ideal dalam pengembangan makanan fungsional yang bertujuan mendukung kesehatan metabolik.
Di sisi lain, jeruk pahit memiliki manfaat terapeutik yang lebih spesifik dalam pengobatan osteoporosis dan disbiosis usus. Efektivitas jeruk pahit dalam menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan mikrobiota usus memberikan peluang besar untuk pengembangan produk kesehatan yang difokuskan pada populasi lanjut usia dan mereka yang mengalami masalah pencernaan. Penggunaan jeruk pahit dalam terapi ini menunjukkan bagaimana fitokimia unik dalam jeruk dapat dimanfaatkan secara optimal untuk aplikasi terapeutik yang berbeda.
Selain manfaat kesehatan langsung, penelitian juga menyoroti berbagai cara untuk memanfaatkan limbah bio jeruk dalam industri pangan. Limbah jeruk manis, misalnya, berfungsi sebagai pengganti lemak alami dan pengawet makanan, yang dapat meningkatkan umur simpan produk pangan dengan tetap mempertahankan atribut organoleptik yang baik. Penggunaan limbah jeruk ini tidak hanya membantu mengurangi limbah pangan, tetapi juga menambah nilai ekonomi pada produk akhir dengan menyediakan alternatif bahan alami yang aman dan efektif.
Walaupun jeruk pahit juga memiliki potensi dalam industri pangan, jeruk manis cenderung lebih unggul dalam hal karakteristik organoleptik dan fungsinya sebagai pengganti lemak. Namun, keduanya sama-sama memiliki nilai terapeutik yang tinggi, yang menjadikannya komponen penting dalam industri makanan fungsional yang terus berkembang. Pengembangan teknologi pengolahan yang lebih lanjut akan sangat penting dalam meningkatkan efektivitas komponen bioaktif dari jeruk manis dan pahit, yang pada akhirnya akan meningkatkan manfaat kesehatannya.
Keamanan penggunaan fitokimia dari jeruk serta mekanisme kerja yang lebih rinci dari komponen-komponen ini menjadi area yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa penggunaan jeruk dalam produk pangan dan terapi tetap aman bagi konsumen jangka panjang. Selain itu, peningkatan teknologi pengolahan bioaktif jeruk diharapkan mampu memperkuat efek terapeutik dan fungsionalnya, menjadikannya lebih efektif dan mudah diakses oleh masyarakat luas.
Secara keseluruhan, jeruk manis dan jeruk pahit menawarkan potensi besar dalam dunia kesehatan dan industri pangan fungsional. Pemanfaatan limbah jeruk serta pengembangan produk berbasis jeruk yang kaya akan komponen bioaktif memberikan solusi yang berkelanjutan bagi industri pangan modern. Di masa depan, dengan lebih banyak penelitian dan inovasi, kita dapat melihat jeruk memainkan peran yang lebih besar dalam mendukung kesehatan masyarakat global.