Mengalirkan Energi Bersih Tanpa Mengorbankan Kualitas Air

Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Dalam upaya menuju transisi energi bersih, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala kecil berbasis run-of-river kerap disebut sebagai solusi ramah lingkungan. Teknologi ini tidak memerlukan bendungan besar, minim risiko ekologi, dan sangat cocok untuk wilayah dengan aliran sungai alami. Namun, benarkah sistem ini sepenuhnya bebas dari dampak terhadap lingkungan, khususnya kualitas air?

Sebuah studi menarik dari Polandia menjawab pertanyaan ini secara ilmiah. Studi tersebut menelusuri variasi parameter fisikokimia di beberapa titik PLTA skala kecil sepanjang 126 km Sungai Bóbr. Hasilnya mencengangkan: perubahan kualitas air ternyata lebih dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti urbanisasi dan pertanian, dibandingkan dengan operasi PLTA itu sendiri.

Delapan parameter penting kualitas air (seperti suhu, pH, oksigen terlarut, dan kandungan amonia) memang menunjukkan perbedaan yang signifikan, tetapi tidak secara langsung dikaitkan dengan keberadaan atau operasi PLTA. Pendekatan analisis multivariat, seperti ANOVA dan cluster analysis, juga menguatkan kesimpulan tersebut. Ini memperlihatkan bahwa PLTA run-of-river secara umum memiliki jejak lingkungan yang relatif rendah terhadap kualitas air permukaan.

Lebih dari itu, studi ini juga membandingkan beragam standar kualitas air dari berbagai negara, dan menemukan bahwa standar Polandia adalah yang paling cocok diterapkan pada studi kasus tersebut—menunjukkan pentingnya pendekatan lokal dalam menilai kualitas lingkungan sungai.

Peluang dan Tantangan di Indonesia

Indonesia adalah negeri yang diberkahi ribuan sungai dengan potensi energi air luar biasa, terutama untuk PLTA skala kecil dan micro-hydro. Namun, pemanfaatan potensi ini belum optimal. Banyak daerah terpencil di pegunungan atau pulau kecil yang sebenarnya dapat mandiri secara energi apabila run-of-river dikembangkan secara sistematis.

Peluangnya sangat besar: PLTA skala kecil bisa menjadi solusi elektrifikasi yang berkelanjutan, murah, dan andal. Apalagi, teknologi ini bisa diintegrasikan dengan sistem irigasi atau konservasi daerah aliran sungai (DAS). Selain itu, jejak karbonnya sangat rendah, dan tidak menimbulkan risiko banjir besar seperti PLTA bendungan konvensional.

Namun tantangannya juga nyata. Pertama, belum adanya peta potensi energi air yang terperinci untuk PLTA skala kecil. Kedua, regulasi yang mengatur izin penggunaan sumber air untuk pembangkit masih tumpang tindih. Ketiga, koordinasi lintas sektor antara Kementerian ESDM, PUPR, dan KLHK sering kali menjadi hambatan dalam realisasi proyek.

Tantangan lainnya yang perlu disikapi adalah pengawasan kualitas air secara berkala. Aktivitas seperti pertanian intensif, peternakan rakyat, atau limbah domestik bisa merusak ekosistem sungai lebih parah dibandingkan keberadaan PLTA itu sendiri. Maka, pendekatan holistik berbasis DAS mutlak dibutuhkan.

Energi Air yang Adil dan Berkelanjutan

Temuan dari Sungai Bóbr di Polandia memberi kita pelajaran penting: kualitas lingkungan tidak semata ditentukan oleh pembangkit listrik, tapi oleh seluruh aktivitas manusia di sekitarnya. Maka, saat kita mendorong pengembangan energi terbarukan seperti PLTA run-of-river, kita juga harus menegakkan prinsip keadilan ekologis: bahwa setiap intervensi energi harus memastikan keberlanjutan fungsi ekosistem.

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan energi air sebagai pilar transisi energi, terutama bagi wilayah-wilayah dengan akses terbatas. Namun, peluang ini hanya akan berhasil jika didukung dengan tata kelola sungai yang baik, perencanaan spasial yang tepat, serta regulasi yang konsisten dan berpihak pada masyarakat lokal.

Akhirnya, kita harus kembali pada prinsip dasar: energi terbarukan bukan hanya soal membangun pembangkit, tapi tentang membangun masa depan yang bersih, adil, dan berpihak pada alam.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *